Jumat, 19 Februari 2010

Penjelajahan Sejarah di Bukit Besak Merapi Selatan



Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...

Penjelajahan Sejarah di Bukit Besak Merapi Selatan

Angin dingin dipayungi awan mendung mengiringgi sekitar 20 siswa-siswa SMA N 1 Merapi Selatan Kabupaten Lahat, mereka merupakan anggota Pramuka yang melakukan penjelajahan sejarah dan budaya ke Bukit Besak di Kecamatan Merapi Selatn tidak jauh dari sekolah tersebut. Berada tidak jauh dari areal Bukit Serelo yang merupakan ikon Bumi Seganti Setungguan.

Bukit Besak menyimpan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia saat melawan penjajah dan terdapat legenda Batu Putri yang di bawah Batu Putri tersebut terdapat Gua. Diyakini oleh gua tersebut pernah digunakan warga untuk bersembunyi. Legenda Batu Putri Ini berawal dari kisah seorang putri yang sedang bersedih duduk termenung tiba-tiba seekor anjing piaraannya yang setia menemaninya menggagahi putrid tersebut maka dikutuklah mereka menjadi batu, demikian cerita yang berkembang di Merapi Selatan.

Gua Putri yang terdapat di bawah batu putri ini memiliki beberapa ruangan yang tersusun karena proses alam, bukan karena bentukan manusia. Mungkin saja orang yang pernah tinggal menyempurnakan bentuknya. Antara ruang yang satu dan yang lainnya saling berhubungan, meskipun hanya bisa dimasuki dengan cara merayap.

Para penjelajah tidak sanggup memasuki seluruh ruangan karena beberapa ruangan sudah ditempati banyak kelelawar bersarang. Bau kelelawar dan kotorannya itu membuat tidak tahan, pusing dan mual. Disamping itu harus menggunakan alat yang memadai untuk memasuki ruangan-ruangan yang gelap.

Bila dilihat dari posisinya Batu Putri itu berada di tepi Bukit Besak menjulang, batu itu bertumpuk seperti adegan sedang bersenggama. Menurut salah seorang warga bahwa batu Putri ini biarpun kelihatannya hanya menempel sedikit tetapi tidak pernah bergeser meskipun ada gempa. Sehingga tampak unik bila di pandang dari arah lembah bukit.

Selain Batu Putri ada juga Gua Madun berada di bawah sebelum menuju Gua Putri. Dari Gua Madun ke Gua Putri menempuh jarak satu jam perjalanan. Gua inilah yang menjadi tujuan penjelajahan sejarah dan budaya selain menuju ke puncak Bukit Besar.

Di puncak Bukit Besar kita bisa melihat kota Lahat, Muara Enim, Tanjung Enim dan perkampungan-perkampungan, bahkan tampak Gunung Dempo yang berada di Pagaralam. Kalau saja Bukit Besar ini dijadikan tempat wisata alam tentu sangat menakjubkan karena keindahannya tidak kalah dengan daerah lain.

Pejelajahan Sejarah dan Budaya ini ditemani 3 guru pembimbing dan pemandu dari warga setempat. Sebelumnya mereka sudah menginap semalam di Desa Tanjung Beringin. Perjalanan mereka dimulai Minggu (14/2) sekitar pukul 8.00 WIB dimulai dengan doa bersama. Kegiatan ini selain sebagai refreshing, kegiatan pramuka dan untuk lebih mencintai alam juga budaya lokal, ujar Jayadi SPd salah satu Guru yang pemimpin perjalanan ini yang juga sebagai guru sejarah..

Perjalanan menuju Gua Madun, Gua Putri dan Bukit Besak, sebelumnya melewati rerimbunan hutan hujan tropis yang lembab, serta padang rumput yang luas membentang serta udara yang segar. Wilayah ini merupakan hutan lindung dengan perbukitan batu, konon banyak mengandung batubara di kaki Bukit Besak ini. Pohon-pohon yang tinggi dan banyak terdapat macam-macam binatang di dalamnya. Menurut warga setempat Tiwi (35), bahwa di hutan ini masih terdapat banyak jenis hewan misalnya, Beruang Madu, Kijang, Rusa, Ayam Hutan, Kambing Hutan dan Macan Akar.

“Terkadang jejak hewan liar ini terlihat saat menuju perbukitan, tapi tidak pernah mengganggu penduduk,” ujarnya. Masyarakat Kecamatan Merapi Selatan juga menjaga alam sekitarnya.

Gua Madun merupakan peninggalan masa revolusi 1945, menuju ke Gua tersebut memakan waktu sekitar satu jam dari desa dengan berjalan kaki. Sementara jarak Desa Tanjung Beringin sendiri dari Kota Lahat kurang lebih 40 Km. Gua perjuangan ini tempat bersembunyinya para Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan penduduk di masa penjajahan Jepang, dan sekaligus tempat pengintaian musuh yang paling aman karena letaknya yang tinggi diatas Bukit Besak.

Madun nama orang yang pertama menemukan Gua tersebut, sehingga gua tersebut disebut Gua Madun, menurut cerita penduduk setempat. Gua yang ada di Bukit Besak ini bukan gua yang dibuat oleh manusia tetapi karena terjadi proses alam. Batu-batu yang jatuh dari puncak bukit membentuk ruang-ruang dan bisa digunakan sebagai tempat untuk berteduh serta beristirahat.

Besar Gua Madun memiliki panjang sekitar 6 meter dan lebarnya sekitar 4 meter, tinggi Gua ini bervariasi saat memasukinya tinggi maksimal sekitar 5 meter mengikuti kontur batu yang menutupinya, menurut penjelasan Jayadi.

Siswa Kelas XI IPS 2, Aprianto, kami senang dengan acara penjelajahan ini, Gua Madun ini sangat unik. “ Dari mulut gua ini terdapat aliran air yang membelah gua, airnya segar dan bening kami bangga bisa ke tempat ini,” kata Aprianto.

Sementara Yumiani, siswi kelas X.1 mengatakan, bahwa pemandangan di sini indah, tugas kami nantinya menceritakan apa saja yang kami peroleh dari kegiatan ini. “Kalau tempat kami ni jadi obyek wisata tentu sangat bagus, selain bukit Besak, Gua Madun, Gua Putri serta Bukit Serelo masih banyak keunikan dari Merapi Selatan ini. Disini juga banyak sekali legenda masyarakat yang bisa di gali,” ucap Yusmiani.

Terlihat antusiame siswa-siswi mengikuti penjelajahan, diharapkan dapat memberi nilai positif dan mengambil manfaat dari perjalanan ini, kata Isman SPd Kepala Sekolah SMA N 1 Merapi Selatan.

“Bukankah dengan kegitan ini banyak pelajaran yang bisa diambil, misalnya pelajaran Bahasa Indonesia meraka dapat membuat karangan Deskripsi dari kegiatannya. Dari segi sejarah mereka lebih mengenal budaya local dan nilai-nilai budi pekerti untuk mencintai lingkungan dan tanah air,” jelas Isman. Jelas kegiatan ini memacu mereka untuk lebih giat lagi belajar di sekolah dan lebih bertanggung jawab menjaga alamnya, tambahnya.*)

Surat Kebudayaan Nahdlatul Ulama

Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...Surat Kebudayaan Nahdlatul Ulama

Realitas kebudayaan kita akhir-akhir ini sedang berada pada posisi yang terus mengalami pengasingan—ditinjau dari keberadaanya yang kurang diperhitungkan oleh para pengambil kebijakan baik pada wilayah politik, ekonomi, sosial, maupun intelektual. Kebudayaan juga berada pada kondisi yang terus mengalami pemiskinan—ditinjau dari kemerosotan, pendangkalan, dan penyempitan baik definisi, bobot, maupun cakupannya dalam kehidupan secara umum. Krisis keindonesiaan yang sekarang ini mendera bangsa kita, basisnya adalah krisis kebudayaan ini.

Posisi dan kondisi kebudayaan tersebut tercipta sebagai akibat dari praktik dominasi yang dilakukan oleh tiga kekuatan utama:

1. Kekuatan kapitalisme pasar yang menilai kebudayaan dari sudut pandang pragmatisme pasar dan melakukan komodifikasi terhadap kebudayaan (baik kebudayaan sebagai khazanah pengetahuan, sistem-nilai, praktik dan tindakan, maupun benda-benda hasil ekspresi budaya), sehingga manusia ditempatkan sebagai objek ekonomi dan bukan subjek daripadanya.

2. Kekuatan negara yang menempatkan kebudayaan sebagai lebih sebagai alat pendukung kekuasaan (legitimasi politik), dan menempatkannya sebagai benda mati serta menjadikannya sebagai komoditas pariwisata untuk mengumpulkan devisa, yang artinya negara telah menempatkan dirinya sebagai sub-kapitalisme pasar dalam kaitannya dengan kebudayaan dan bukan menempatkan kebudayaan sesuai definisi dan perannya yaitu sebagai kumpulan pengetahuan, makna, nilai, norma, dan praktik serta berbagai materi yang dihasilkannya (atau singkatnya kebudayaan sebagi formula bagaimana suatu masyarakat melangsungkan kehidupannya).

3. Kekuatan formalisme agama yang menempatkan kebudayaan bukan sebagai energi sosial yang menjadi penopang tumbuh-berkembangnya harkat manusia sebagai khalifah fil ardl, sehingga tidak diperhitungkan secara proporsional dalam pengambilan keputusan hukum oleh para pemegang otoritas keagamaan, dan dalam kadar tertentu mereka justru menempatkan kebudayaan sebagai praktik yang “menyimpang” dari ketentuan hukum yang mereka anut tersebut.

Atas dasar itu, untuk mengembalikan harkat kebudayaan sebagai artikulasi pemuliaan manusia dan prosesnya untuk mencapai integritas kemanusiaannya, sebagai arena penegasan dan pengembangan jati diri kebangsaan Indonesia, kami merasa perlu mengambil sikap kebudayaan sebagai berikut:

1. Menolak praktik eksploitasi terhadap kebudayaan oleh kekuatan ekonomi pasar yang memandang para pelaku budaya beserta produknya berada di bawah kepentingan mereka.

2. Mengembalikan kesenian ke dalam tanggungjawab dan fungsi sosialnya. Dalam hal ini seniman melakukan kerja artistiknya dengan cara melibatkan diri dengan masyarakat, untuk mengungkap, menyampaikan, dan mentransformasikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat melalui karya seni yang mereka ciptakan dengan melakukan eksplorasi estetika yang seluas dan sekomunikatif mungkin.

3. Menolak kecenderungan karya seni yang memisahkan diri dari masyarakat dengan berbagai alasan yang dikemukakan, entah berupa keyakinan adanya otonomi yang mutlak dalam dunia seni yang artinya seni terpisah dari masyarakat, maupun universalitas dalam suatu karya seni yang artinya karya seni terbebas dari ikatan relativisme historis suatu masyarakat.

4. Memperjuangkan kebudayaan (baik sebagai khazanah pengetahuan, nilai, makna, norma, kepercayaan, dan ideologi suatu masyarakat; maupun–terlebih–sebagai praktik dan tindakan mereka dalam mempertahankan dan mengembangkan harkat kemanusiaannya, lengkap dengan produk material yang mereka hasilkan) sebagai faktor yang diperhitungkan oleh para pengambil kebijakan negara, sehingga kebudayaan dapat menjadi kekuatan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang mereka putuskan.

5. Membuka ruang kreativitas seluas mungkin bagi para seniman, baik tradisional, modern, maupun kontemporer, yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan kesenian yang disebabkan oleh kebijakan politik dan birokrasi negara, dominasi pasar, maupun kekuatan formalisme agama.

6. Merumuskan dan mengembangkan “fiqh kebudayaan” yang mampu menjaga, memelihara, menginspirasi dan memberi orientasi bagi pengembangan kreativitas masyarakat pada wilayah kebudayaan dalam rangka pemenuhan kodratnya sebagai khalifah fil ardl dan sekaligus warga masyarakat-bangsanya.

7. Keindonesiaan adalah tanah air kebudayaan kami. Oleh karena itu, di dalam dinamika kesejarahannya, ia menjadi titik pijak kreatifitas kami, Realitasnya yang membentang di hadapan kami, menjadi perhatian dan cermin bagi ekspresi dan karya-karya. Kami ingin tanah air kebudayaan kami menjadi subur oleh tetes-tetes hujan keringat estetik bangsa ini.


Diputuskan pada Muktamar Kebudayaan NU I di Pesantren Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta,
Senin,1 Februari 2010, pukul 22.39 WIB.


Sumber:

http://www.facebook.com/group.php?gid=290130741727#!/notes/faisal-kamandobat/surat-kebudayaan-nahdlatul-ulama/306009203364

Kamis, 04 Februari 2010

Pameran, Workshop Lukis dan Pentas Baca Puisi di Halaman Markas Ksaleser

Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...

KOMUNITAS SASTRA LEMBAH SERELO
Tempat Tepat Berkarya, Apresiasi, Diskusi dan Ngopi yang beralaat Alamat: Jalan Bangsal Desa Pagarsari (ujung) Dusun II Kab. Lahat

mengajak kepada siapa saja untuk bergabung dalam kegiatan yang langka terjadi di Lahat. kegiatan yang ditangani Komunitas Sastra Lembah Serelo (Ksaleser) Lahat ini akan menyelenggarakan Pameran, workshop lukis dan pentas baca puisi di halaman markas Ksaleser.

Kegiatan pameran lukis menyuguhkan karya Jajang R Kawentar, workshop Lukis dikuti oleh beberapa siswa SD, SMP, dan SMA di Lahat dibimbing oleh Andreas Teguh Wong Guru dan Seniman. Sementara untuk pentas baca Puisi menampilkan karya Evfhan Fajrulah praktisi Teater Sumsel, dan Andreas Tegus Wong.

Dengan ini kami mengundang Bapak/ Ibu untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan yang kami selenggarakan pada:

Hari, Tanggal : Sabtu, 6 Februari 2010
Pukul : 14.00 – Selesai
Tempat : Komunitas Sastra Lembah Serelo (Kasaleser) Jl. Bangsal Ds. Pagarsari ujung Dusun II (Setelah Balai Desa) - Lahat

Atas kehadiran dan partisipasinya kami ucapkan terimakasih.

Catatan:
Bagi Guru, menyertakan Siswanya 2-5 orang untuk kegiatan Workshop Lukis


Hormat Saya
Penyelenggara,


Jajang R Kawentar