Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...
SILAT LIDAH
Jajang R Kawwentar
Lay out dan disain :
Jajang R Kawentar
Cetakan pertama, Oktober 2003
Diterbitkan oleh
Sanggar Air Seni Palembang
Jl. Semangka No. 4A Rt. 33/11 30 Ilir Palembang
Tlp. (0711) 359034
E-mail: kawentar@yahoo.com
Silat Lidah merupakan buku Kumpulan puisi
UNTUKMU
Panutan dalam tetek bengek
Aku belum mampu memenggal hidup
Yang kelewat jahil
Dan perjuangan berubah tak bermakna
Usahlah katakan aku beramal
Umpamakan saja pembunuh kau kandung
Yogyakarta 10 April 1995
Memecah Ombak
Kepala dibentur dinding ombak
Pecah, lantai gelisah
Dirimu membaca raut wajah memerah
Bunga merekah di atas rindu
Kecupan pertama kali karam bersama
Dasi kupu-kupu biru
Kau berdiri depan pintu
Menghirup seluruh
Relakan badan terbelah
Kala kulewati jalan pijakanmu
Salam dari anak perahu
Memecah ombak mimpimu
Sei Selincah, Okt �02
KATAMU
Jangan biarkan tikus dipenjara cinta
Wahai perempuan di mata dunia
Adalah alat vital
Kau hirup bau nafsu
Menjadi bayi
Menjadi penghuni perumpamaan
Perasaan dan nalar
Apakah benar itu perumpamaan
Nabi atau anak ingusan
Dari sini tidak tersirat harap
Dari sini pemandangan terkabarkan
Berupa bulu-bulu
Gatal tak gatal digaruk di kepala
Itulah penjara itulah cinta:
Katamu lembut
Kenten, sept 02
Kepada Ali
:kawanku di Aceh
Berteriak darah
Berbentuk kerikil digenggaman
Peluru kendali di denyut nadi
Kaukah itu
Bakung,1051102002
Prasasti Usang
Aku belajar pada gunung Dempo dan Jempol
Pada Prasati Usang
Terbuang
Aku bak sampah riwayatmu
Ludas
Akulah pemerintah biadab itu
Wahai para cecunguk
Itulah kukatakan tadi
Bakung, 105. 2002
Biar Liarkan Saja
Kau terbakar kata neraka
Butiran permata membara dada sendiri
Kau juga anjing
Penjaga kebusukan
Biar liarkan saja
Bakung, 105. 2002
Puasa
Puasa
Berperi haluan indahnya nurani ditusuk belati
Menjerit nikmatnya ujung hati
Suasana ketulusan menyemai surga
Puasa
Doa berharap terlahir
Kuasa Tuhan terlaksana:
Puasa
Kenten, 8102002
Tuhan I
Prit-parit
Comberan
Belatung
Cacing
Borok
KeagunganMu
Kenten, 182002
Titah
Pura-pura rupanya
Lupa alif pula
Tantangtintingtenteng
Ngaji ilmu bila pilu
Ambil Wudlu lima waktu
Titah patuh tak jemujemu
Kambang Ikan, 2002
Hujan
Hujan tuhan air mata
Hujan kalimat tuhan
Hujan menghujam hutan tuhan
Hutan hantu hujan air mata
Hantu tuhan hujan kalimat
Maksiat
Kambang Ikan, 2002
Obat Nyamuk
Malam berlumur darah
Tiga nyawa lepas di tangan sekaligus
Kawanan pencuri terbang membawa kejahatan
Tak ada lagi cerita
Preman nyamuk bertahta
Dihalau senjata kimia
Perang terjadi di media
Obat nyamuk racun serangga
Bakung, 2003
Silat Lidah
Silat lidah puncak penatmu
Jujur ditunggu-tunggu
Pikiran terpenggal
Perkata menyayat-nyayat telinga
Peduli apa, senjata di balik kata dan celana
Kaparkan di parit atau muka rumah
Lalu labeli: dijual!, tukar tambah
Atau di sewakan pada selembar kertas putih
Usung diri sendiri ke liang lahat
Ini jaman 2000an, apapun berkenan
Semua setujuan
Menyayat-nyayat telinga biasa
Mencincang hati lalapan hari-hari
Silat lidah olahraga sehat kapan saja
Cuci mata cuci otak berbelanja
Supermarket rumah mimpi
Upacara pagi depan televisi
Pekerjaan takan terhenti
Tiada mengenal lelah
Yang penting happy
Silat lidah seni beladiri masa kini
Bakung,105. 28122002
Aku menunggu Hujan
Aku menunggu hujan
Tanamanku hangus di ladang
Kuagungkan sisi jari mungil tuhan
Bercinta
Berlari terus bercerita
Mencari persatu hembusan
Suasana erotis
Pengertian bull shit milik para pengecut
Katakan semua
Pakai topeng
Generasi badut
Pengaruh melawan alam
Hina jelata di mata
Pemandangan dunia menyebar
Kutunggu hujan
Kambang Ikan, 2002
Syair bawah Traffic light
Syair lirih suara bawah traffic light
Mencincang memeras mencuri
Hati rasa otak
Menerjang-terjang idiologi babi buntung
Idologi perut bawah perut
Idilologi ibu pertiwi
Oh ibu suri pertiwi
Kini sembako di ujung langit
Dapatkah idiologi subsidi
Atau UUD baru
Atau tahi kucing
Atau babi ngepet
Atau penjara
Atau pemilihan langsung umum bebas rahasia
Atau tidak langsung sikat rahasia umum
Bebas dan langsung
Syair lirih bawah benderaku
Syair bawah traffic light
Sei Selincah, 2002
Batu
Kurang ajar
Katamu meledak
Koran hari ini
Siapapun tahu batu
Singgah padamu
Bakung, 105. 2002
Perbedaan
Kau bersenjata mesin, aku nyali
Kau berseragam, aku telanjang
Yogyakarta, maret �98
Pupuk
Bukankah pupuk menaburkan
Airmata ke tubuh bumi
Dan petani menuai amarahnya
Menanggung tunggakkan
Tak usai lunas
Membasmi segala
Membuka pupuk wacana
Sadar kesabaran utamanya
Bakung, 105. 2002
Kehormatan
Tetangga mengadu
Celana dalam anakgadis diculik
Kehormatan digagahi
Pemuda dibawah umur merenggut
Tali beha putus diperdaya pula
Diremas-remas hati luka
Darah muda mengalir di tubuh
Perawan tua kampung tersebut namanya
Minta kawin segera
Di jalan dihadang orang tua
Pemuda berkedudukan harapannya
Pemuda impian dijerat tipudaya
Perawan tua kampung tersebut namanya
Tercapai cita-cita
Mengeluh pemuda bawah umur jadinya
Perawan tua kampung menghiasi cerita berusa-busa
Celana dalam koyak di sengaja
Banyak pemuda mencicipi
Kehormatan telah hilang sebelumnya
Piala bergilir dulunya
Mengeluh pemuda bawah umur
Tiba getahnya
Berteriak terperosok lubang dalam kehormatannya
Bakung, 2003
Pegadaian
Celana dalamku koyak
Pakai puisi orang-orang tertawa
kutambal
pakai duit baru bisa
aku tidak percaya
puisi gagal bisa nambal
celana satu-satunya koyak di pegadaian
Kambang Ikan, 20002
FUCK YOU
Membaca suratmu dijepit pintu
Cinderela menemukan sepatu kaca
Pecah dua kalimat di mulutnya
�FUCK YOU!�
�Astaga gua dikibulin Anjing�
harta berharga kecolongan
malam tadi bujuk rayu mesra
hilang ingatan
berlayar ke ujung pulau
12 ronde di ring
KO
Sumpah pocong di peternakan
Sumpah serapah sialan
Membaca suratmu mengukir tinju
Sewindu lalu
Bakung 105, 2003
TEH TUBRUK KOPI TUBRUK
Kemarin teh tubruk kopi tubruk gunung Dempo
Hari ini petani keracunan urea
Tersedak kimia, tanah tandus, banjir dan longsor
Petani di amputasi
Pemetik teh kopi menjual tenaga ke kota
Dipetik para begajul
Menyisakan lapar tak berkesudahan
Menyisakan pedagang anggur
Menyisakan bajing loncat
Menyisakan bandit-bandit
Menyisakan tanda-tanda:
Buat apa P dan K KTP MPR
Besok teh tubruk kopi tubruk negri adikuasa
Meraja
Lahan petani terlunta-lunta
Anak istri menganga
Wibawa kepala RT tiada
Menyuapi konglomerat yang ada
Pekerjaan senantiasa mendapat pahala
Celakalah umat segera
Pejabat negara tidak becus menjaga
Kambang Ikan, 2003
Pemandangan Kedamaian
Harusnya ruang rohani membebaskan kuasa pada hak milik
tanpa toleransi tanpa deskripsi
Satu-satu menjadi kata benda,
penjelajahan terjebak lembaran harga di pasar
Bukan kuasa petunjuk dengan alasan benang kusut
Harusnya kuasa Tuhan bersama pandangan-pandangan
Pemandangan damai.
Palembang, 2002
Andai Kau Di Sini
Waktu lari mengejar janji
Ingatan erat merekat
Mencumbu kian dekat
Yogyakarta dan Tasikmalaya
Hanyut bersama hujan
Mengalir setiap sore hingga larut malam
Membanjiri jiwa mendamba
Kau pendamping
Terlukis mengharap tiba memeluk hidup
Buah telah matang di pohon
Minta dipetik
Jambu, salak dan rambutan
Untukmu
Tugas lebih berarti
Andai kau di sini
Tasikmalaya, 1995
Sudut Kerinduan
Kutinggalkan kau dengan rumah
Cahaya hati dan sudut kerinduan
Dalam keterbatasan pandang dan raga
Ingin kurengkuh
Andai tanganku dapat menyambung hidupmu
Disini
Tasikmalaya, 1995
PENJARA
Jeruji air jatuh
Aku terkurung di situ
Setengah hari mencumbumu
Di rumah ditunggu rindu
Wajah disambut cemberut
Setengah mati cemburu
Aku ingin membantu memecah batu di dadaku
Kau dibuai bisikan angin
Bermimpi taksadar diri
Penjarakan aku
mati kutu
Kambang Ikan, 222003
Pelacur
Ibu Pertiwi melacurkan diri
Pura-pura TKI
Menjajakan vagina ke negri tetangga
Pakai paspor resmi penghuni negri
Kedaulatan bulat dihianati
Belati tertancap di hati rakyat
Cucuran keringat budak sepanjang jaman
Selama hayat dikandung badan
Menanti perubahan peradaban alam
Sampai ibu pertiwi sadar diri
Bocah ingusan memimpin negri
Bakung, 2222003
NEGRI UBUR-UBUR
Malam ini kumakan kenyang
Tubuhmu semlohay
Terdampar di ranjang
Negri ubur-ubur
Aku tergiur puting korupsi
Berdasi tanpa CD dan BH
Di lokalisasi terhormat
Mengaji konstitusi, hatinurani
Rakyat tetap birahi terpendam
Gagah berani siap diperkosa
Sepintar-pintarnya aset negri ubur-ubur
Pemuas hawa nafsu sepanjang jaman
Bakung, 2003
TUNGKU
Tungku menyala di ufuk
Menanak sawah pertanda
Menanak pabrik pertanda
Suluh berduyun-duyun dari dusun
Mempertaruhkan api jiwa
Maslahat
Menanam anak masa depan
Mengolah keagungan
Oh pengangguran alam luncurkan buku bacaan pekerjaan
Dimanakah hak yang dimakan
Dimanakah kewajiban kemanusiaan
Cinta dialamatkan
Perang dipertautkan
Berlabuh di muara perempuan
Bersandar pada mercusuar kejantanan
Penduduk ketakutan
Sebagian tertawa kegirangan
Tungku padam di barat daya kemiskinan
Bakung, 2003
PERJALANAN
Malam ini mayat dikuburkan
Orang-orang mendengkur
Hidup ditangguhkan
Menjemput fajar kehidupan
Relung perjalanan
Mata perlajaran kesenian
Bakung, 2003
PERTUNJUKAN HARI INI
Kekerasan lapangan pekerjaan luas
Saat ini menangis menderu
Bertemu pada orde
Berharap pada partai
Menjual janji
Memupuk mimpi
Pencabulan pekerjaan lapangan luas
Pertunjukan cantik hari ini
Bakung, 2003
MEMBACA
Membaca Karl Marx
Menghisap rokok sampai pabriknya terbakar
ARUMBA
Musik bercerita bunyi
Tentang melodi hidup:
Nyiur
Gemericik
Semilir
Negeri agraris
Negeri Alunan Rumpun Bambu
Sei Selincah, 2003
Nafkah
Nafkahku hari ini bertemu malam
Bertemu kawan
Meruntuhkan harapan dan mimpi anak istri
Rumah kontrakan menerima sumbangan
Bersembunyi di perut
Terasa lapar dan dahaga
Terasa benar dan salah berkata
Nafkahku kalah bertanding
Dengkul melawan kesebelasan monopoli pasar
Arena Imperialis kapitalis
Pembantaian restu hukum
Nafkahku menemui ajal
Saat pedang ekonomi menebas
Kedua tangan dan leher putus di jalan menuju sarapan
menghantarkan makanan dan minuman ke mulut membusuk
Palembang, 2003
AKU DI ATASMU
Kalau begitu aku mampu di atasmu
Sayang aku cemas pekerjaan tetap
Sungguh mampu mengejarmu
Tapi makan anak istri
Kalau begitu tunggu esok
Aku di depanmu
Merampas seluruh padamu
SATU NUSA SATU BANGSA
Tuhan biarkan aku membencimu
Ah aku sedih
Apa kata air matatuhan jauh
Membunuhku
Mengganggu jalan hidup
Ah aku mau saja dibodohi
Tuhan di mana
Aku di lumpur
Biarkan aku menghabisimu
Hatiku satu jadi ragu
Satu nusa satu bangsa
Tuhan maha esa Indonesia
Sembrangan I
Sembarangan bicara tuhan tidak ada
Bagaimana kalau benarbenar ada
Tidak percaya alamat neraka
Percaya masuk surga
Apa kabar tuhan
Apakah perlu maha psikiater
Manusia menganggap diri tuhan semua
Membaca kitab kiamat segera
Palembang, 2003
Tersesat
Aku hanya ingin mengatakan kesetanan dirimu
Membiarkan aku membusuk
Di monumen penderitaan rakyat
Tanpa meninggalkan tanda tangan
Hingga aku begini tersesat
Palembang, 2003
Tahun baru
Mataair menggenangi setengah tiang
Orang-orang berdiri di luar rumah
Anak-anak digendong ibunya
Airmata mengalir hingga malam menjelang
Bapak mengumpulkan pakaian dan makanan
Berlari ke tempat tinggi
Ini bukan mimpi di sudut misteri
Ini tahun baru melanda ibu pertiwi
menyiksa cinta di dada
Mencaci hidup kian buruk
Nuansa pelangi dan bunga menari-nari
Di televisi tadi pagi
Melingkar-lingkar di kepala
Menunggu realita
Malam kelam nan malang
Bumi enggan menyerap airmata
Setengah tiang tergenang
Penduduk belingsatan tahunbaru hampir tiba
Hendak tidur di mana
Bakung, Des 2003
PERTEMUAN
Dalam sumur matamu berseliweran raut wajah simpanan
Suka duka saling tikam di tikungan menuju kenangan
Kau ucapkan salam perjumpaan
Tautkan jangkar ke lubuk samudra impian
Bukan cerita pangeran dan putri kerajaan
Hanya air mengalir deras ke pusaran
Melukis tenaga hati menggetarkan tali genggaman
Kau menunggu mengulang kembali raut wajah menyapa beningnya mata dan mekarnya mawar di taman.
Peternakan, Des 2003
SEBUT SATU
Kujajaki ribuan pesona kata dalam petualangan makna
Ribuan pulau singgah tak berarti apa-apa
Katanya kata tunduk pada makna katamu
Dirimu diriku sebut Satu
Ujung langit biru bercermin laut
Telapak kaki tanah kenduri
Bersorak orang mati bersemedi mohon diri
Arahmu bisa tak tentu
Walau seribu satu mulikmu
Jakarta, agustus 2003
PADA API LILIN DI SAMPING KEPALA NEGARA
Pada api lilin di samping kepala negara
membakar kulit mengkilat jidatnya
mata terbelalak tertuju juru bicara ceplas-ceplos
masuk gawang mulut tukang pijat kepala botak
ia muntah kata-katahabis lalapannya
bisajadi jadibisa
membiru raut wajah kena bisa semua terbujur lianglahatmenganga meminta jatah penjaga
semua berduka cita
tumbal belum terbayar
terpenggal kepala negara
inilah peradaban hutan belantara
siapa sangka kuasa mengatakannya
Jakarta, agustus 2003
AKU SEMAKIN JAUH
Ingin kukatakan padamu irisan hati
hingga kau mengirisnya sendiri
Sampai kapan aku memeluk diriku sendiri
Aku semakin jauh
Hanya kamu disitu
Palembang, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Urunan Kata