PUISI
SMA NEGERI 1 LINTANG KANAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG SUMATERA SELATAN
Puspita Sari
X. C
KEHIDUPANKU
Sampai sekarang aku hidup
Masih bisa aku rasakan
Indahnya alam
Ku susuri jalan bertepian
Penuh harapan penantian
Dan keinginan,
Begitu banyak rintangan demi rintangan
Cobaan demi cobaan yang selalu mendera umatMu
Dan didalam perjalanan
Yang begitu panjang
Ku susuri, dengan bersetapak
Semuanya kulewati,
Begitu pula dalam kehidupan
Ku didalam menggali
Dan menuntut ilmu
Ku telah hidup seperti
Anjing jalanan
Yang selalu menggonggong disaat kelaparan
Mengharapkan belai kasihan
Agar aku diberikan
Makan dan tempat tinggal.
AIR LINTANG
Air lintang
Kususuri jalan
Dengan bersetapak
Menuju air lintang
Dengan menggoyangkan
Kaki dan tangan
Air yang begitu besar
Air penuh serba kegunaan
Dengan mengalir begitu panjang
Air yang bisa digunakan
Untuk hidup tempat ikan
Dan untuk membeersihkan badan
Dan mencuci pakaian.
Een Rikardo
XI IPS 1
OCEHAN
Manis gula batu biji selasih
Rakyat teriak kau tak peduli
Semua tergerak
Rupiah bertindak
Oceh kau berjanji
Diam kau korupsi
Setan golonganmu kawan
Kau bukan saudara kami.
Lesung Batu, 14.10.2005
Een Rikardo
XI IPS 1
DENDAM
Dalam kehampaan hidup kita bisu
Termenung adalam kata
Namun naluri menjerit
Kita dihajar dan dilempar
Oleh kemajuan zaman
Bau busuk omong kosong kawan
Buat kita buta
Dan percaya begitu muda
Mereka bodoh
Aku akan lawan dan berjuang
Hari ini
Generasiku nanti
Lesung Batu, 12.10.2005
KITA MENANG
Kala setan berlari
Nafsu terkendali
Perut tak berisi
Berkobar badan
Dibawah terik sang surya
Setan bergantungan
Namun tak berdaya
Lapar, haus
Tertahan niat tadi malam
Hilang tak terasa
Allahuakbar……….
Allahuakbar……….
Kita menang.
Lesung Batu, 15.10.2005
Een Rikardo
SEKOLAH
Pergi pagi isi usus
Ubi rebus aku berangkat
Menuju hutan
Melewati Muara Luang
Bersahabat teriakan air lintang
Dan senyuman gadis malang
Duduk terharu diatas singgasana putih
Setia terbangkanku tiap pagi
Itulah aku
Tuntut ilmu tiada jemu
Demi masa depanku
Lesung Batu, 8.8.2005
Darwan Esmedi
XI IPA
SURATAN ILAHI
Nuansa pagi semarak permai
Sang surya menyingsing keemasan
Berhamburan terhampar luas
Burung-burung berkicau
Kupu-kupu menari dimahkota mawar
Sisa hujan singgah didedaunan
Hendak aku berpijak
Menelusuri jejak pulau bahagia
Pulau penuh kasih sayang
Ku gayu rakit rapuh
Ruwet, tak perawan
Ombak liar menerjang karang
Karang hanya pasrah
Rakit terguncang
Jiwaku tergoyang
Berkutik tak mampu
Bertahan sejenak tak kuasa.
Ah, apa guna kussesali
Kalau sudah suratan dari Nya
Terjadi, terjadilah sudah
Aku…
Hanyalah nahkoda tak berdaya
Lintang, 10.10.2005
PUTIH
Putih,
Kau sungguh putih
Putih kafan tak seputihmu
Segores tinta hitam
Bernyali mencoretimu
Sebilah sembilu
Menusuk, mengiris
Kau hanya tersenyum
Tetap putih tak patah
Tipu muslihat setan
Jadi identitas insan
Sarapan tak kenyang
Semua ini,
Kau hadapi berlapang dada
Ketulusan naluri
Senjata handal bagimu
Demi menginjak mahligai indah
Lintang, 10.10.2005
SIA-SIA
Dulu aku madu kini engkau empedu
Dulu aku susu kini engkau tuba
Dulu engkau melarat kini engkau hebat
Semoga,
Kau jaya
Jayalah selamanya
Hingga jadi penghuni surga
Lintang, 11.10.2005
Darwan Esmedi
XI IPA
DI BALIK SUNGAI LINTANG
Kau berjalan dimuara selatan
Membawa sampah tiada berkas
Kau merasuk dinadiku
Kau terjang keringat basi
Hingga ke ulu hati
Sungai Lintang………
Pergilah ke muaramu
Hanyutkan fiktif belaka
Selusuri jejakmu
Jejak jahil di kediamanmu
Sungai Lintang……
Kau kuasa punahkan noda
Kau mampu membawa malapetaka
Lintang, 20.10.2005
KAKU
Kata emas tak tertuang
Kata karut tiada terbuang
Rasa haru hanya terpendam
Arus zaman berjalan
Mampir di bahari
Hendak ke surgawi
Haluan mahligai panjang
Mahligai indah terbayangg-bayang
Mendekap ke sisi wayang
Menepis gosip
Tak kuasa
Angin nakal tak usai bergelut
Bebek tua berdansa
Langit semarak tersenyum
Orang beertahta berkata-kata
Tapi……
Aku tak berkutik
Lintang, 17.10.2005
KRISMON
Honda lewat tanpa bekal
Minyak mengalir tersendat-sendat
Rupiah beredar di tangan majikan
Majikan tiada peduli bangsa
Harta benda rakyat
Keringat asam menganak sungai
Tangis bayi
Rintihan rakyat jelata
Pelajar putus sekolah
Penghuni kendaraan ditrotoar
Pengangguran hal sewajarnya
Jeritan rakyat,
Kelaparan………
Kematian………
Kehausan………
Haus tak ada habisnya
Gelandangan bergulat
Nasi basi taruhannya
Rakyat melarat, sekarat
Ya, Tuhan…….
Apakah selamanya begini ?
Lintang, 13.10.2005
AYAH
Kau kenakan seragam
Cangkul tua dipundak
Melangkah ke semak-ssemak
Hutan lebat
Penuh duri-duri jahil
Hari ke hari mencari nafkah
Pagi sore jadwal rutinmu
Tak pandang lelah
Banting tulang
Peras tenaga
Motivasi tak retak
Tetap tersenyum manis
Keringat asam meluap
Semburan lumpur silih berganti
Mentari membakar jasad
Berjuang tanpa pamrih, penuh nyali
Demi mencecap sebutir nasi
Buah hati anak istri
Besar gunung tak sebesar jasamu, ayah.
Lintang, 15.10.2005
ALASAN MENULIS:
1. Untuk melestarikan dan mengharumkan nama SMAN I Lintang Kanan
2. Terciptanya puisi-puisi ini berdasarkan kehidupan pengarang
Agus Tamin
XI IPA
BANGKITLAH ACEH
Keceriaan tertumpahkan
Laut menghalau
Hutan terkikiskan
Rumah bertabrakan
Ribuan orang termakan alam
Kota tempat tumpuan
Asma Allah dilontarkan
Keterpurukan jadi pilihan
MIMPI
Malam panjang yang indah
Cerita malam dipaparkan
Dikala jauh disana
Situ mengejar
Antara ruyuh dan desahan
Tanda baik atau buruk
Banting tulang tiada keringat
Mimpi buruk meneteskan
Desah bibir bercucuran
Betis mendayung
Kapal karam
Jatuh di atas tikar
BANGUN TENGAH PUASA
Kentongan bertepukan
Situ berbangunan
Makan di bawah sinar
Tai mata jadi mainan
Kala imsak memanggil
Sendok berhenti menari
Melihat penunjuk bertepatan
Menanti azan dilontarkan
Nafsu syetan berbauran
Bibir dijahit hati
Pipa telinga sumbat
Mata ditutup awan
Hati tergerakkan
Tangan menjulur
Mata menyorot
Sedekah jadi tumpuan
JALAN KEHIDUPAN
Sembilan bulan daku ditahan
Nyawa bunda pertaruhkan
Keringat jadi saksi
Kebahagiaan terenggut
Kertas putih tak bernoda
Meninggalkan bunda
Belahan tangannya
Tiada daku rasakan
Setiap mahluk
Merasakan kodrat alam
Kehidupan ditinggalkan
Kenegri balik papan
KEMARAU BERKEPANJANGAN
Bukit dan gunung bersedih melintang berjajar
Ladang-ladang berhamburan kehausan
Padang ilalang sumbang di bawah nirwana
Cekatan cahaya mengelpar kenikmatan
Dulu hutan semangat dan ceria
Kini perlahan dimakan mata dunia
Sungai yang dulu bertitian gemercikan
Kini amblas ditelan keretakan
Lihatlah kawan
Petani mengeliat mandi keringat
Detik-detik beterbangan tak terlepaskan
Buah harapan jatuh tertumpahkan
Tangisan bumi selalu dinantikan
Selimut langit semangat alam
ALASAN SAYA MEMBUAT PUISI :
Karena saya ingin menuangkan sebuah pemikiran yang terpendamm dan terus saya gali agar menjadi sebuah hal yang sangat bermanfaat bagi saya, dengan puisi saya bisa menyatakan perasaan sedih, senang dalam hati saya.
Arif AB
XI IPA
TAULADAN LASKAR SEKUTU
Gelak tawa…….
Tegur sapa…….
Warnai kebisingan suasana cerita
Siswi-siswi SMA Lintang Kanan
Lenggang…..
Sunyi…….
Sepi……..
Ikutan hadir suasana suka duka
Biar alamku lanjut usia
Untuk SMA ku tetaplah jaya
Tak lupa……
Terima kasih buat bagindaBeserta menteri-menteri
Kerajaan sekolahku
Senantiasa menggendong,
Menyuapi nasi panas dalam panci
Hingga kini
Mutu prajuritmu
Tauladan laskar sekutu
Dalam derap nyali negeri.
Babatan, 362004
TAS HIJAUKU NAN MUNGIL
Pagi dan sinar mentari
Beriringan mengiringi
Dingin sisa hembusaan
angin malam
bersama smangat bajaku
kujinjing tas hijauku nan mungil
kupakai seragam kebesaranku
aku melangkah menuju sekolah nan muda
di sela hentakan langkah
terselip senyuman dinginku
canda, tawa sobat
mengikis lelah kaki dan kaki
babatan VII, 1832005
INIKAH TUHAN
Kau berbaut
Kau pakai oli
Inikah adanya Tuhan
Kau lucu
Mainan anak-anak
Di pasar kau ada
Apa ini juga adanya Tuhan
Kau berkuasa kau bertahta
Apakah Tuhan
Aku tak tahu
Apa itu Tuhan
Mungkin mesin, boneka juga raja
Ah, kayak enggak tahu aja!
Babatan, 1 jan 2005
CINTA
Cinta tak memberi apa-apa
Kecuali keseluruhan dirinya, utuh
Pun tidak mengambil apa-apa
Kecuali dari dirinya sendiri
Cinta tidak memiliki atau dimiliki
karena cinta telah cukup untuk cinta
Pabila kau mencintai jangan berkata
“Tuhan ada dalam hatiku”
tapi sebaiknya engkau merasa
“aku berada di dalam Tuhan”
pun jangan mengira, bahwa kau
dapat menentukan arah cinta
karena cinta
pabila kau telah dipilihnya
akan menentukan perjalanan hidupmu
JIKA ENGKAU
jika engkau angin
bertiuplah ke segenap penjuru
lintasi bukit-bukitsempatkan pandangi diriku
jika engkau ombak
bekejarlah berdebur memburu
di atas langit turuti hasratku
jika engkau kota perdengarkanlah lagu-lagu ceria
dari jantungmu
bergayutan pucuk-pucuk antena
jika engkau menara
kibarkan panji-panji pesona
dari kembaranmu
aku Cuma mengharap
smoga!
Keagungan SMA Lintang Kanan terjaga
SEGAYUNG DUNIO LINTANG
Ayo lari kawan
Dunio Lintang jadi Texas
Menjadi Jakrta nomor 2
Menjadi penghuni manusia hebat
Kebejatan kesesatan
Kemaksiatan dan kebangsatan
Dalam segayung dunio Lintang
2 siang, 23102005
ALASAN MENULIS PUISI:
Karena berkarya sastra merupakan bagian dari hobi saya termasuk puisi.
Tina Dwita
XI IPA
SERENG
Sereng
Bersemen, berbatu, berpasir
Lambat kau bawa sesara
Kau.
Bagian nyawa, dan
Tak mampu melajukan sesara busuk
Jadi palang terempang
Sereng………
Kereng matamu,
Nemak pegasianku
Buntu belanga dan
Bubos morongku
Sereng……
Nyawamu,
Memberi penjelasan
Berkomunikasi, mencari metode langkaku
Sereng………
Aku bangga dan menang
Lamak nemakku
Jujur – Peel
Nyembol – mopotku
Ada padamu
Sereng
Terima kasih
ASAK BAMBAP
Modal betunaan
Dangau, sebua kanco
Kawo sebidang buyu pula
Nak di kerawati
Alang ke banggonyo
Batang sebatang katek bua
Tidak berumbi
Makan angen tak bertai
Dompet asoi segalo buntu
Paras kumal rambut berkutu
Udara terisap cerutu
Umpan mati dulu
22-10-2005
KEMARAU PADA AIR LINTANG
Lihat………
Sungai lintang dulu deras
Kini tampak kecil dan mulai susut
Tumbuhan yang mulanya hijau dan lebat
Kini mulai layu dan meranggas mupus
Dan coba lihat itu
Betapa tanah akan semakin membelah
Karna sungai lintang pepohonan hidup
Oh hujan
Kapankah turun kembali
Agar subur alam ini
Supaya petani dak paya lagi
25-10-05
BE UMO
Berilah aku keberuntungan
Tana siang dan biji kopi pilian
Kideng besak, samo puntong
Berilah aku keberuntungan
Uang pembeli pupuk dan racun
Hujan menyabu tanah air
Bila waktunya kopi ku putir
Bongkotnya kukaja
Nikmatmu kugali
Terima kasih Tuhan
Atas rahmatmu
25-10-05
ALAPNYA AKAP
Setitik embun membasahi
Kuntum anggrek ku layaknya
Bidadari mandi di sungai suci
Segar harum semerbak mengedar di bawa ceeri
Ku isap, udara
Kusedot anggrek itu
Angka renonya akap itu
Matahari yang ungu bersinar
Angin semilir
Layak menyentu helai rambutku
Kelepak kelelawar menggurangi
Semarak petang itu
25-10-05
LINTANG KANAN BERSUMPA
Lintang kanan bersumpa
Berderet nyawa membentang
Kau berdiri sebagai organisme
Dan kau melahirkan bebeerapa sistem organ
Serta jaringan sel
Lintang kanan bersumpa
Kau berpangkal dari
Muara pinang damai
Nalo lamru yang kekeringan
Lubuk tapak kesempitan
Nalo lamo sebagai dompet
Lintang kanan bersumpa
Kau tali panjang terus bersambung
Muara danau kebanjiran
Babatan keramaian
Lesung batu dambaan
Lintang kanan bersumpa
Kau akan sanabung panjang
Muara keban peeraduan ijot
Sampai talang tetew, menuju
Batang kesam hinggga pucuk ayek nibong
Tanjung alam keributan
Rantau ati bergali-gali
Rantau kasaii ssaudara kembar ali
Lubuk cik kebuntuan
Karantanding belagak galo
Nibung tempat pengaduan
Umo jati aku mati
Malam Selasa, 25-10-05
LESUNG BATU BERBIDADARI
Pancaran mentari
Mewarnai hari-hari
Jadi segar dan berseri
Ku nikmati
Air sereng mengalir
Hamparan tanaman subur
Udara sejuk nan menawan
Alangkah renonya
Menyaksikanlesung batu bidadari
Asri sepanjanng hari
Oh gustti
Tidak rela aku lesung batu disakiti
Oleh ampa dan polusi
Aku akan menemaninya sepanjang waktu
ALASAN PEMBUATAN PUISI :
Alasan karna puisi
1. hobi menulis
2. penghibur diri dan pembaca
3. menuangkan seluru isi kehidupanku
4. menjadi sebua pengalaman tentang suka duka
5. dapat diambil suatu makna yang dapat meroba kebiasaan hidup
ingin menjadi pencipta yang seutuhnya dan menjadi sastrawati
PRATA LA
IPS I
MOTTO KITO
Jemonyo hulu balang
Tiap hari di gelanggang
Keluargo tersingkirkan
Bando terlelang
Semboyan tiba tercelah mtto kito
nedo mati muno jadilah
BANDUNG LIJANG
Menghujani nafsu
Menyatu aliran darahku
Kenyak tak sudah merindi
Denyut nadi
Teratai di hati
HONDA HAUS SEKOLAH PUTUS
Honda lewan hutan
Menjerit muatan ruang
Mogok tengah jalan
Mengancam tikungan tajam
Ekonomi tengah sawah
Bapak petani tua
Bensin manjat rupiah
Prata putus sekolah
IBU
Mengandung, melahirkan dan membesarkan
Meninggalkan kami
Meninggalkan si tolol ini
Kenapa si ma ko pergi?
Aku sendiri
Tanpamu aku sepi
Si tolol tak berarti
Manis senyummu
Atok wajahmu dalam aliran darahku
RADESI YUDEDE
IPS 2
SAHABAT
Senyum terhampar di bibirmu
Kebaikan penuh pengorbanan
Keikhlasan kau beerikan
Buatku damai di dekatmu
Pahit duka deeritaku
Dapat di hapus oleh senyummu
Terimakasih sahabat
Kututurkan untukmu
SETETES EMBUN
Aku memandang setentang mata
Embun membentang langit dan bumi
Kutanya matahari
Sinarilah semua embun pagi
Setetes embun di pagi hari
Pengobat haus dahaga ini
Kapan embun datang lagi
Menghapus bumi segersang ini
ALASAN MENULIS:
karena saya suka menghayal dan ingin mencoba membuat khayalan itu lebih berarti bagi saya. Serta ingin mencurahkan kata hatiku lewat tulisan.
NIA RAPIKADURI
IIPS 2
JANGAN
Jangan bicara moral kepadaku
Aku tak pernah tahu
Aku Cuma tahu tikus-tikus
Mengendap ke kantong ibu
Jangan tanyakan agama padaku
Karna aku tak beragama
Yang kutahu wanita-wanita bugil
Berbaris menghadap Ka’bah
Jangan tanya keamanan aparat
Sebenarnya aparatlah yang menindas rakyat!
KEDUDUKAN
Lunte barek penuhi kurasi
Pengacara mental pembunuh umbi
Pembela moral pembatak Ka’bah
Agama kebugilan masa
Aparat cabuli rakyat
PERJALANAN
Kanvas terbawa angin
Jatuh permukaan sungai
Tepian berbatu makna dari setetes bercak noda
Sungai panjang diterpa kemendungan
Makna satu kesinaran atas kemurkaan
Mengapa sungai belum berciuman dengan laut
Putih, coklat awal kehitaman
Tersungkur tapi berbatu, sepi
Akhir suatu sejarah
BUKIT PENANTIAN ILALANG LINTANG
Aku terbelit mengait nadi terpintal siring jemari kopi
Bukit berlarit dibualan sawah
Terpancung sabit partai jerami
Nyaci nyuluk tergelitik nyali
Kpi padi terpantau kalangan
Lilitan mendung tertusuk lalang
Ujinyo: tino lanang tajam tegalau galo
HILANGNYA DEMPO
Kebodohanku kebohongan tuhan
Khayalan hantu kematian panjang
Sebar noda hutan jiwa
Segar rasa hujani nista
Sintang kenyataan elang
Lengitkan angan tersipu dendam
Kotoran bagian kebohongan
SUNGAI LINTANG
Misteri tersimpan pingsan kenikmatan
Bening hening berikan kehidupan
Nikmat lumat untuk umat
Rahmat gelagat tak bersuat
Kekeruhan bersahabat
ALASAN MENULIS:
Bagi saya puisi adalah keindahan yang dapat dinikmati, lewat tulisan. Saya dapat mengkritik terhadap apa yang terjadi di sekeliling saya bahkan yang terjadi pada negara.
MUNAWIR SAZALI
XI IPA
MENGINTIP
Aku meringkik
Kawan melotot pongkot
Dia terkejut malu
aku dan kawan balapan.
20102005
PISAU DI PINGGANG
kadang berada di sebelah saku celana dalam
mengolok-olok di saku tulang pinggang
bersemangat keringat pendekar bubar
pendekar tiba di keramaian hutan dan kota
pendekar hutan menebas bulu-bulu bukit hijau
pendekar kota anjing gila kehausan
sekelompok pendekar yang kotor pendidikan
memangsa tikus kecil punya saku
pisau siap memancung keadaan terjepit
KIDING
Senjata yang di sandang para pejabat
Sawah dan bebukitan
Tercipta dari segumpal rotan serimet
Kokoh teguh memikul barang
Kau sahabat sejati
Kau membantuku nmenemukan uang
SUNGAI LINTANG
Suasana pagi datang menjelang
Sungai lintang datang menantang
Bersetubu denganku
Dia menerjangaku tantang
Kadang mara tak terkalahkan
Kau raja bunyi tak berhenti
Selalu berteriak dalam sepi
menantang setiap orang dengan suaramu
dan batu bisa kau taklukkan
dengan bujuk rayumu
HAMPARAN PADI
Berapa bulan telah beraksi
karingat bertaburan menjadi saksi
kalimatpun menjadi janji
kalimat bersukaria
ladang gemilang penyemangat hati
ladang kutunggu telah tiba
pokok makanan berjumpa lagi
hijau digosongkan matahari
berganti kuning menandakan
lewat senyum dipancarkan
petani siap memancung hamparan padi
ALASAN MENULIS:
Aku menulis puisi untuk kepuasan. Aku tidak menghiraukan maknanya yang penting aku senang. Aku lebih suka menuliskan sesuatu yang ada di sekitar kehidupanku terutama di daerah Lintang.
BAMBANG IRAWAN
XI IPS 2
BAHAGIA
Pagi-pagi kami mandi
Memakai baju putih abu
Alangkah senang kami ini
Karena ada ibi bapak gurru
LINTANG EMPAT LAWANG
Terlentang pisau panjang
Perangko batang-batang
Jadi orang jadi datang
Datang pertentangan
Diri marah
Duri tajam
Lintang Empat Lawang
Pantang mundur jadi orang
Belum bertemu belum senang
Garis melintang jalan panjang
Tujuan tak karuan
Celaka orang bisa karuan
Celaka diri tidak karuan
NASIB ORANG LINTANG
Dunia berputar
Cahaya-cahaya bergantian
Nasib orang lintang jadi panjang
ENGKAU
Burung di tangkai rantingyang mati
Daun-daun jatuh tanpa arti
Tapi kita menyadari bahwa itu titipan ilahi
Jembatan terbentang di atas air
Bambu-bambu terurai di atas tepian
Angin berhembus dengan kencang
Sehingga jembatan bambu berayun-ayun
Sungguh indahnya engkau memandang
Sehingga terjadi engkau di pinggir batang
Lalu engkau bersembahyang
Karena engkau ingin melayang
Tapi sayang engkau tidak ada tujuan
KESEDERHANAAN
Bunga tertanam di pinggir tebat
Batu tersusun dengan rapi
Walaupun begitu hebat tetapi tetap bersemangat tinggi
Malam ke malam terus berjalan
Bulan dan bintang bersinar suci
Hati diri tetap aman
Walaupun lama perjalanan ini
RUMPUT
rumput-rumput yang tumbuh subur
air mengalir di pinggir rumput
waktu telah menunjukan zuhur
Semua orang akan bersujut
Tangan yang panjang menjadi pendek
Mulut yang besar menjadi kecil
Karena hati sudah terdidik
Tidak lama lagi akan berhasil
KESABARAN
waktu ke waktu terus berganti
pohon-pohon banyak berkurang
jalan yang panjang sanggup kita jalani
karena kita selalu berjuang dan tenag
duliu orang menghina-hina
sehingga kita putus semangat
tapi diri tidak kemana-mana
berpegang teguh asalkan selamat
PENYESALAN
Dari seberang ke timur
Mata melihat dengan tajam
Apakah diri masihh umur
Kalau nelayan jatuh di dalam
Dunia selalu berputar
Angin selalu berhembus
Hati ini selalu gemetar
Karena diri tidak serius
Umur berkurang-kurang
Nyawa memanjang-manjang
Hasil tidak karuan
Kemudian menyesal akhir zaman
ALASAN MENULIS:
karena menulis bagi saya adalah salah satu untuk mengembangkan pemikiran
MARLIN NOPRIKO
XI IPA
LUBUK KASAI
lubuk bening tenang penuh berkat
kasai sahabat akrab abadi
gelombang ombak bawa budaya mencuci budi
hanyutkan sampah pekat
berbau budaya angkuh syetan terkejut
lubuk kasai
melawan curam batu napal
menantang batu keras terjal
hancur oleh ombak-ombak kecil
mengikis sukma
menyerap dalam raga hati
mewarnai baju baja diri
MENANTI SURGA
rindu ini kelabu
melangkah kaku
menyelusur langkah berliku
menahan panas di hari panjang
melawan trik dalam dahaga
panas bagai melawan api
melawan nafsu mendidik budi
kemenangan pasti akan diraih
lapar di ramadan ceria
hembusan napas menanti surga
MARLIN HANYA TERSENYUM
Kau berkata indah dengan politik
Melantunkan melodi serasi
Nyanyian kemakmuran
Menyeluruh tanpa ragu
Sehebat gemuruh guntur
Palsu untuk rakyatmu
Tapi Marlin hanya tewrsenyum
Tingkatkan ekonomi
Menaikkan harga
Rakyat banyak tertindas binasa
Makan batu minum tuba negara
Persadapun porak-poranda
Tapi Marlin hanya tersenyum
Pelajar ke sekolah naik yang berbensin
Kini mogok di tengah cengkraman harga
Marlin mengayuh kerata
Marlin masih tersenyum
Ceria
Marlin adalah rakyat
Korban dari kekuasaan harga
Korban dari tikus-tikus negara
Tapi Marlin hanya tersenyum
pasrah
PASKIBRA
Di tengah panas mentari
Membakar bagai api
Tetap kau pertahankan barisan persatuan yang benderang
Panas namun dingin perasaan
Mendidih
Tapi sejuk tak hilang
Paskibraku
Ibarat jalan membentang
Panas membakar tak dihiraukan
Demi berkibarnya sang Saka
Tapi sayang aku sedih
Rasanya akan hilang sesuatu yang indah
Tanpa keseriussan
Mengapa yang terpilih mencaci
Mengapa yang ada tapi lupa
Yang pandai jadi angkuh
Paskibraku
Kali ini aku merasa malu
Jika hilang semangat dahulu
Jangan biarkan pudar dan rapuh
Jangan runtuh oleh omong-omong bohong
14 Agustus 2005
ALASAN MENULIS:
Sastra merupakan suatu wujud yang sesuai bagi saya untuk melampiaskan isi hati dan sebagai sarana untuk berfikir lebih dari kenyataan dalam bentuk ungkapan.
YULISTRI
XI IPS 1
KERESAHAN
aku berteduh pada pepohonan
tepi jurang sunyi
tiada badai
tiada hujan
dapat henti dahaga ini
semua tak berarti
keresahan dalam hati
membuat aku sedih
Biodata Penulis
1. Agus Tamin: Lahir di Karang Tanding, 05 April 1989. kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat
2. Arif Rojuli: lahir di Dusun Babatan, 5 juli 1988. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat.
3. Bambang Irawan: Lahir di Muara Timbuk, 23 Nopember 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat.
4. Darwan Esmedi: Lahir di Babatan, 2 Juni 1988, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA.
5. Een Rikardo: Lahir di Lesung Batu, 1 April 1989, kecamatan Lintang Kanan, kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 1
6. Marlin Nopriko: Lahir di Rantau Kasai, 15 Maret 1988, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA
7. Munawir Sazali: Lahir di Karang Tanding 25 Oktober 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA.
8. Nia Rapika duri: Lahir di Sukarami, 07 Februari 1990, Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 2
9. Prata LA: Lahir di Babatan 17 Agustus 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 1
10. Puspita Sari: gadis yang lahir di Lanbur, 15 Februari 1990. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
11. Radesi Yudede: Lahir di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
12. Tina Dwita: Lahir di Muara Danau, 6 Oktober 1988. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas XI IPA, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
13. Yulistri: Lahir di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
14. Imron, S.Pd. Lahir di Penyandingan, 7 Agustus 1961, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagai kepala Sekolah SMA Negeri I Lintang Kanan Kabupaten Lahat. Banyak pengalaman dalam berbagai bidang seni. Beberapa kali menjuarai dalam pembacaan puisi baik di tingkat kabupaten Lahat bahkan menjuarai di tingkat provinsi. Pernah juga mengikuti lomba pembacaan puisi di tingkat nasional. Ia pernah juga mendapatkan penghargaan dari Presiden RI sebagai Guru Teladan. Selamat dan sukses untuk penerbitan buku kumpulan Puisinya.
15. Jajang R Kawentar, Lahir di Tasikmalaya, 9 Oktober 1970. Lulusan dari Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, angkatan 1990. tulisannya berupa puisi, cerpen dan esai dimuat di berbagai media Lokal dan Nasional, beberapa karya puisi dan cerpennya dalam antologi.
perrnah mengikuti writing program Cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) tahun 2003.
Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat merupakan segerombolan anak muda dari Lembah Bukit Serelo Kabupaten Lahat yang ngulik dunia sastra. pengajiannya dilaksanakan pada setiap Sabtu dan Minggu pukul 14.00 WIB-selesai bertempat di sebuah bukit Desa Pagarsari. Komunitas ini sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. salam Budaya!
Sabtu, 24 Oktober 2009
Senin, 19 Oktober 2009
Gambar Ayah dari Karya Anak yang Berbeda
Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...
Menggabar Ayah
Jajang R Kawentar
Anak harus melihat dulu gurunya melakukan sesuatu maka mereka dengan mudah akan mengikuti apa yang dilakukan gurunya. Makanya ketika sang guru menggambar degan menggunakan pena serta pencil warna mereka mengikutinya dengan sekuat kemampuannya untuk menciptakan sesuatu seperti gurunya.*)
Jumat, 16 Oktober 2009
PANTUN BAHASA LAHAT
Pantun Bahasa Lahat
1. Baju abang kain abang
ditunde midang kelubuk empelas
duduk ribang beteguk ribang
jadi tulah mangke mandas
2. aku dindak mandi di siring
mandi di siring kotor gale
aku dindak bebini keriting
gumbak keriting kutuan gale
3.Jangan Kaban tesala sala
ame sala mane durinye
jangan kaban tegala-gala
ame gala mane buktinye
4. Mak mane aku nak mandi
jeramba pata pangkalan anyut
makmane kite na jadi
umak marah ebak cerengut
5. Jangan mudah nyambungke jale
kalu dek sanggup nyelaminye
jangan mudah nganjurke kate
kalu dek sanggup njalaninye
6. kecik-kecik perahu lidi
karam di mulak batu raje
kecik-kecik nak bebini
dide tebayang gawi mentue
7. Amun lah siang jalan kayek
titila jalan ke darat
amun nak lemak kite balek
buatla amat ibadat yang baek
8. puteh-puteh anak itik
masih putehla rotan tunggal
sedih-sedih adek nak balek
masih sedihla kakang ditinggal adek
9 Lah lame betanam kencur
masih lame menanam serai
lame-lame kite becampur
masih lah lame kite becerai
10. hume siape beatap genting
hume cek mamat di ulu lintang
ati siape dide kan pusing
nginaki bapang ulang bujang
11. kelap kelip lampu di pinggir
sinarnye sampai ke bakal
calak pintar amun dipinggir
sampai ketengah ilang akal
12 Kapal terbang bersayap due
pata sikok jatuh ke bawah
kalo kakang punya pacar due
putuskan adeng pilihla die
13. kelicuk pisang mate
makanan sehari-hari
berupok denga tula
lelahian malam ini
14. alang ke alapnye huma ini
tapi sayang di tengah utan
alang ke alapnye kakang ni
tapi sayangnye jerawatan
1. Baju abang kain abang
ditunde midang kelubuk empelas
duduk ribang beteguk ribang
jadi tulah mangke mandas
2. aku dindak mandi di siring
mandi di siring kotor gale
aku dindak bebini keriting
gumbak keriting kutuan gale
3.Jangan Kaban tesala sala
ame sala mane durinye
jangan kaban tegala-gala
ame gala mane buktinye
4. Mak mane aku nak mandi
jeramba pata pangkalan anyut
makmane kite na jadi
umak marah ebak cerengut
5. Jangan mudah nyambungke jale
kalu dek sanggup nyelaminye
jangan mudah nganjurke kate
kalu dek sanggup njalaninye
6. kecik-kecik perahu lidi
karam di mulak batu raje
kecik-kecik nak bebini
dide tebayang gawi mentue
7. Amun lah siang jalan kayek
titila jalan ke darat
amun nak lemak kite balek
buatla amat ibadat yang baek
8. puteh-puteh anak itik
masih putehla rotan tunggal
sedih-sedih adek nak balek
masih sedihla kakang ditinggal adek
9 Lah lame betanam kencur
masih lame menanam serai
lame-lame kite becampur
masih lah lame kite becerai
10. hume siape beatap genting
hume cek mamat di ulu lintang
ati siape dide kan pusing
nginaki bapang ulang bujang
11. kelap kelip lampu di pinggir
sinarnye sampai ke bakal
calak pintar amun dipinggir
sampai ketengah ilang akal
12 Kapal terbang bersayap due
pata sikok jatuh ke bawah
kalo kakang punya pacar due
putuskan adeng pilihla die
13. kelicuk pisang mate
makanan sehari-hari
berupok denga tula
lelahian malam ini
14. alang ke alapnye huma ini
tapi sayang di tengah utan
alang ke alapnye kakang ni
tapi sayangnye jerawatan
Jumat, 09 Oktober 2009
ASPIRASI PENGARANG
Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...
ASPIRASI PENGARANG
Jajang R Kawentar
Pengarang memiliki aspirasi dalam karangannya. Aspirasi dalam karangan bisa jadi merupakan cermin dari otoritas pengarangnya. Dalam karangan tidak hanya terjadi pengembangan dari berbagai pengendapan pengalaman tetapi muncul juga gagasan-gagasan cemerlang yang orang lain belum tentu memikirkannya. Pengarang menjadi dandang atau wadah dari pada aspirasi, dan karangan merupakan proses setengah jadi dari aspirasi yang sedang menjadikannya kepada realitas sesungguhnya, tentunya yang diinginkan oleh aspirasi sipengarang tersebut, atau aspirasi masyarakat pembaca, yang akan menjadikannya kepada realitas itu sendiri. Sebaliknya, realitas juga sebagai bentuk aspirasi pengarang dalam karangan. Pengarang mengarang sesuai dengan realitas yang ada; kehidupan nyata yang dijalani. Tetapi realitas itu juga bisa berbentuk, gagasan, ide, pemikiran, keinginan, dan ilusi. Dalam karangan, realitas gagasan, ide, pemikiran, keinginan, dan ilusi, itu menjadi nyata sebagai aspirasi pengarang. Aspirasi pengarang berbicara hal-hal yang ideal, dan absolut. Hal-hal tersebut berbicara kekinian dan kekunoan. Aspirasi dikembangkan dan di sempitkan, antara yang di dekontruksi, reformasi, renofasi, rehabilitasi, dan stylisasi. Memunculkan berbgai bentuk aspirasi.
Aspirasi boleh jadi ditentukan oleh kedewasaan emosional, mental, berfikir, dan pengetahuan (intelektual) si pengarang. Bukan berarti orang yang telah tua itu, mempunyai pemikiran, mental, emosional dan intelektual yang dewasa, dan aspirasinya menjadi panutan atau biang. Akan tetapi tergantung dari proses pengarang memperlakukan aspirasi. Apakah aspirasi sebagai tuhan, sebagai jalan, sebagai pasangan hidup, sebagai alas kaki, sebagai alat vital, atau sebagai buang berak.
Hal lain yang ikut menentukan aspirasi pengarang yaitu keyakinan, idiologi, serta lingkungan pengarang berada. Aspirasi berpengaruh secara sadar atau di bawah sadar kepada karangan, sehingga karangan akan melahirkan aspirasi selanjutnya, baik itu dari dan oleh pengarang atau dari dan oleh masyarakat pembaca. Mungkin saja adanya perlawanan kaum buruh itu karena kaum buruh membaca aspirasi karangan Wiji Thukul, atau karya saya, umpamanya. Begitupun dengan kaum perempuan yang berbondong-bondong mendatangi gedung MPR, karena persoalan membaca aspirasi pengarang yang mewajibkan kepada seluruh kaum adam untuk menikah dua kali, dan apabila tidak akan dihukum gantung.
Apakah aspirasi yang melekat dalam karangan si pengarang itu memiliki daya kejut, daya bangun, bagi aspirasi berikutnya? Atau hanya menjadi mainan tikus dan lelaki hidung belang. Persoalannya aspirasi berada di awang-awang serta di atas cita-cita pengarang, sehingga untuk meraihnya perlu sebuah usaha ekstra.
Ada aspirasi pengarang yang hanya pengulangan dari aspirasi sebelumnya, ada aspirasi yang segar, dan sesungguhnya merupakan perkembangan dari aspirasi pengarang sebelumnya. Untuk memiliki aspirasi yang mampu melahirkan aspirasi selanjutnya dan seterusnya, pengarang harus memiliki kemauan serta kemampuan terus melakukan pencarian dan pencarian yang tiada henti.
Tidak ada istilah berhenti untuk terus belajar lintas pengetahuan, lintas seni budaya, lintas keyakinan, lintas pengalaman; pengalaman lahir batin, dan spiritual. Dengan belajar lintas-lintasan tadi, pengarang akan menimalisir terjadinya kemandekkan dalam menemukan aspirasi karangan. Diharapkan dalam penemuan hasil belajar dapat membentuk aspirasi pengarang yang lebih segar, yang diimpikan oleh pengarang dan oleh aspirasi itu sendiri.
Warnawarni Aspirasi
Keindahan karangan keindahan aspirasi. Pengarang yang beruntung, pengarang yang mampu menjaga aspirasi sebagai permaianan yang tidak main-main, permainan yang menyenangkan. Kesungguhan atau keseriusan dalam bermain dan memainkan aspirasi itu menjadikan jalan menuju pengarang pemilik aspirasi yang punya warna dan bercitarasa: berkarakter.
Setiap pengarang tentunya punya nuansa citarasa aspirasi yang berbeda dengan pengarang lainnya, meskipun corak dan warnanya sama, atau bisa saja terjadi sebaliknya, citarasa aspirasinya yang sama namun nuansa warna berbeda. Dengan demikian pengarang harus mampu memilih serta menentukan warna dan citarasa yang sesuai dengan pribadi atau kehendaknya.
Tidak hanya aspirasi pengarang saja yang memiliki citarasa, akan tetapi masyarakat pembaca pun memiliki pilihan terhadap warnawarni dan citarasa aspirasi pengarang atau karangan. Hal ini yang akan menjadikan kesempatan, atau peluang pasar. Bagaimana peluang ini dikelola secara professional, sehinga mampu menggandakan aspirasi pengarang dalam bentuk karangan ke dalam bentuk buku, sebagai santapan masyarakat pembaca tersebut. Masyarakat pembaca akan cepat dan lebih mudah mengenali pengarang yang memiliki warna dan citarasa aspirasi yang lebih spesifik. Meskipun tidak ada larangan kalau umpamanya pengarang mengacak warna dan citarasa itu menjadi warnawarni dan citarasa gado-gado. Sepertinya memang lebih enak menjadi pengarang yang memiliki citarasa warnawarni dan citarasa gado-gado. Tetapi ya setiap pilihan itu mempunyai resiko. Namun yang penting bagaimana memupuk aspirasi pengarang menjadi karangan. Tanpa karangan, aspirasi itu terbatas, tanpa aspirasi karangan itu menjadi loyo.
Namun aspirasi itu juga ternyata bagi sebagian pengarang bisa dipesan, baik itu oleh masyarakat pembaca atau sang penguasa. Pengarang tinggal mengarang sesuai dengan aspirasi apa yang dipesankannya. Apakah gado-gado, nasi rames, mie kuah, bubur ayam, pempek kapal selam, oseng-oseng kangkung, sambal, atau nasi goreng. Ada pengarang yang punya keterampilan sebagai katering seperti itu.
Ya sesungguhnya citarasa dan warna itu adalah dirikita sendiri yang memberikannya. Tentunya warna yang kita suka, citarasa yang kita suka, itulah diri kita. Seribu kepala bisa jadi seribu warna dan seribu citarasa.
Tujuan Aspirasi Pengarang
Aspirasi, tujuan pengarang
Tujuan pengarang, aspirasi
Macam-macam tujuan aspirasi pengarang, ada pengarang yang memiliki tujuan aspirasinya hanya sekedar untuk mencari makan. Mengarang merupakan profesi, sebagai lahan untuk bekerja. Bagi pengarang seperti ini, aspirasi, bukan berarti tidak dipikirkan, akan tetapi bagaimana aspirasi dalam karangannya dan karangan dalam aspirasinya dapat sesuai dengan harapan redaktur, baik itu koran, majalah, tabloid atau jurnal dan semacamnya. Aspirasi pengarang ini biasanya menyesuaikan dengan target berita-berita terbaru yang sedang berkembang dan hangat dibicarakan orang. Jadi mengarang sebagai keterampilan pengarang bagaimana meramu sebuah tragedi menjadi sebuah karangan yang enak untuk disimak, atau diapresiasi oleh masyarakat pembaca. Ia tidak ambil pusing dengan dunia luar, atau dunia teori dari pekerjaan yang dilakukannya.
Aspirasi penyadaran. Ada aspirasi pengarang sebagai penyadaran bagi masyarakat pembaca. Bagi aspirasi pengarang penyadaran, aspirasinya dibangun untuk mengelola dan mengarahkan opini masyarakat kepada satu tujuan pengarang atau tujuan keyakinannya atau idiologinya. Umpamanya karangannya merupakan upaya pendidikan politik. Masyarakat pembaca diajak untuk bertamasya mengetahui bagaimana posisinya dalam kedudukan berbangsa, bernegara dan beragama. Bagaimana posisi kaum perempuan di mata kaum laki-laki, masyarakat dan negara. Bagaimana sebuah keyakinan dan mitos menjadi hidup dan mati. Aspirasi pengarang sangat berperan, menumbangkan, menumbuhkan, memupuk dan menghancurkan.
Dalam aspirasi penyadaran, antara moral dengan tidak bermoral, antara penindas dan tertindas, menjadi bunga-bunga dalam kiasan karangan sehingga sebuah tragedy dramatik menjadi indah bila didengar, dibaca, dan pengarang berusaha meraih simpatik dan empati masyarakat pembaca, lalu proses penyadaran pun terlaksana. Bisa secara sadar atau di bawah sadar.
Aspirasi hiburan. Ada aspirasi pengarang sebagai hiburan bagi masyarakat pembaca. Bagi aspirasi pengarang hiburan, karangannya dititik beratkan guna menghibur masyarakat pembaca. Bagaimana masyarakat pembaca bisa menertawakan dirinya, sebagai akibat dari karangan. Tidak banyak pengarang yang memposisikan aspirasinya sebagai hiburan. Meskipun pada dasarnya setiap aspirasi pengarang bisa jadi sebuah hiburan. Akan tetapi, ada pengarang yang memfokuskan dirinya sebagai penghibur.
Aspirasi terapi. Ada aspirasi pengarang sebagai terapi bagi masyarakat pembaca dan sekaligus terapi bagi dirinya. Pengarang seperti ini cenderung karangannya sebagai media upaya penyembuhan, dengan mengungkapkan segala sesuatu yang menyelimuti perasaan, dan pikiran yang mengganggunya. Padahal bagi sebagian pengarang lain justru mencari-cari berbagai bentuk permasyalahan sebagai pemicu munculnya aspirasi.
Aspirasi kritik social. Ada aspirasi pengarang sebagai kritik social. Biasanya karangan ini memeiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan social masyarakat versi sastra. Meskipun rasanya tidak mungkin sehelai teks dapat menyelesaikan masalah social masyarakat. Akan tetapi minimal dapat mempengaruhi melalui logika pemikiran dan pendapat. Brangkali sama halnya dengan kitab-kitab suci, yang memiliki harapan kepada sesuatu yang lebih baik dan absolut. Sehingga perubahan social itu berevolusi atau bisa jadi revolusi.
Tujuan aspirasi pengarang bisa terus menyesuaikan dengan keinginan jaman atau berjalan berdasarkan logika-logika masadepan dan kebutuhan pengarang atau manusia itu sendiri. Misalnya kebutuhan jasmani dan rohani serta kebutuhan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan kebutuhan sex, sandang pangan papan, kebutuhan berekspresi, keyakinan, kebutuhan media, penelitian.
ASPIRASI PENGARANG
Jajang R Kawentar
Pengarang memiliki aspirasi dalam karangannya. Aspirasi dalam karangan bisa jadi merupakan cermin dari otoritas pengarangnya. Dalam karangan tidak hanya terjadi pengembangan dari berbagai pengendapan pengalaman tetapi muncul juga gagasan-gagasan cemerlang yang orang lain belum tentu memikirkannya. Pengarang menjadi dandang atau wadah dari pada aspirasi, dan karangan merupakan proses setengah jadi dari aspirasi yang sedang menjadikannya kepada realitas sesungguhnya, tentunya yang diinginkan oleh aspirasi sipengarang tersebut, atau aspirasi masyarakat pembaca, yang akan menjadikannya kepada realitas itu sendiri. Sebaliknya, realitas juga sebagai bentuk aspirasi pengarang dalam karangan. Pengarang mengarang sesuai dengan realitas yang ada; kehidupan nyata yang dijalani. Tetapi realitas itu juga bisa berbentuk, gagasan, ide, pemikiran, keinginan, dan ilusi. Dalam karangan, realitas gagasan, ide, pemikiran, keinginan, dan ilusi, itu menjadi nyata sebagai aspirasi pengarang. Aspirasi pengarang berbicara hal-hal yang ideal, dan absolut. Hal-hal tersebut berbicara kekinian dan kekunoan. Aspirasi dikembangkan dan di sempitkan, antara yang di dekontruksi, reformasi, renofasi, rehabilitasi, dan stylisasi. Memunculkan berbgai bentuk aspirasi.
Aspirasi boleh jadi ditentukan oleh kedewasaan emosional, mental, berfikir, dan pengetahuan (intelektual) si pengarang. Bukan berarti orang yang telah tua itu, mempunyai pemikiran, mental, emosional dan intelektual yang dewasa, dan aspirasinya menjadi panutan atau biang. Akan tetapi tergantung dari proses pengarang memperlakukan aspirasi. Apakah aspirasi sebagai tuhan, sebagai jalan, sebagai pasangan hidup, sebagai alas kaki, sebagai alat vital, atau sebagai buang berak.
Hal lain yang ikut menentukan aspirasi pengarang yaitu keyakinan, idiologi, serta lingkungan pengarang berada. Aspirasi berpengaruh secara sadar atau di bawah sadar kepada karangan, sehingga karangan akan melahirkan aspirasi selanjutnya, baik itu dari dan oleh pengarang atau dari dan oleh masyarakat pembaca. Mungkin saja adanya perlawanan kaum buruh itu karena kaum buruh membaca aspirasi karangan Wiji Thukul, atau karya saya, umpamanya. Begitupun dengan kaum perempuan yang berbondong-bondong mendatangi gedung MPR, karena persoalan membaca aspirasi pengarang yang mewajibkan kepada seluruh kaum adam untuk menikah dua kali, dan apabila tidak akan dihukum gantung.
Apakah aspirasi yang melekat dalam karangan si pengarang itu memiliki daya kejut, daya bangun, bagi aspirasi berikutnya? Atau hanya menjadi mainan tikus dan lelaki hidung belang. Persoalannya aspirasi berada di awang-awang serta di atas cita-cita pengarang, sehingga untuk meraihnya perlu sebuah usaha ekstra.
Ada aspirasi pengarang yang hanya pengulangan dari aspirasi sebelumnya, ada aspirasi yang segar, dan sesungguhnya merupakan perkembangan dari aspirasi pengarang sebelumnya. Untuk memiliki aspirasi yang mampu melahirkan aspirasi selanjutnya dan seterusnya, pengarang harus memiliki kemauan serta kemampuan terus melakukan pencarian dan pencarian yang tiada henti.
Tidak ada istilah berhenti untuk terus belajar lintas pengetahuan, lintas seni budaya, lintas keyakinan, lintas pengalaman; pengalaman lahir batin, dan spiritual. Dengan belajar lintas-lintasan tadi, pengarang akan menimalisir terjadinya kemandekkan dalam menemukan aspirasi karangan. Diharapkan dalam penemuan hasil belajar dapat membentuk aspirasi pengarang yang lebih segar, yang diimpikan oleh pengarang dan oleh aspirasi itu sendiri.
Warnawarni Aspirasi
Keindahan karangan keindahan aspirasi. Pengarang yang beruntung, pengarang yang mampu menjaga aspirasi sebagai permaianan yang tidak main-main, permainan yang menyenangkan. Kesungguhan atau keseriusan dalam bermain dan memainkan aspirasi itu menjadikan jalan menuju pengarang pemilik aspirasi yang punya warna dan bercitarasa: berkarakter.
Setiap pengarang tentunya punya nuansa citarasa aspirasi yang berbeda dengan pengarang lainnya, meskipun corak dan warnanya sama, atau bisa saja terjadi sebaliknya, citarasa aspirasinya yang sama namun nuansa warna berbeda. Dengan demikian pengarang harus mampu memilih serta menentukan warna dan citarasa yang sesuai dengan pribadi atau kehendaknya.
Tidak hanya aspirasi pengarang saja yang memiliki citarasa, akan tetapi masyarakat pembaca pun memiliki pilihan terhadap warnawarni dan citarasa aspirasi pengarang atau karangan. Hal ini yang akan menjadikan kesempatan, atau peluang pasar. Bagaimana peluang ini dikelola secara professional, sehinga mampu menggandakan aspirasi pengarang dalam bentuk karangan ke dalam bentuk buku, sebagai santapan masyarakat pembaca tersebut. Masyarakat pembaca akan cepat dan lebih mudah mengenali pengarang yang memiliki warna dan citarasa aspirasi yang lebih spesifik. Meskipun tidak ada larangan kalau umpamanya pengarang mengacak warna dan citarasa itu menjadi warnawarni dan citarasa gado-gado. Sepertinya memang lebih enak menjadi pengarang yang memiliki citarasa warnawarni dan citarasa gado-gado. Tetapi ya setiap pilihan itu mempunyai resiko. Namun yang penting bagaimana memupuk aspirasi pengarang menjadi karangan. Tanpa karangan, aspirasi itu terbatas, tanpa aspirasi karangan itu menjadi loyo.
Namun aspirasi itu juga ternyata bagi sebagian pengarang bisa dipesan, baik itu oleh masyarakat pembaca atau sang penguasa. Pengarang tinggal mengarang sesuai dengan aspirasi apa yang dipesankannya. Apakah gado-gado, nasi rames, mie kuah, bubur ayam, pempek kapal selam, oseng-oseng kangkung, sambal, atau nasi goreng. Ada pengarang yang punya keterampilan sebagai katering seperti itu.
Ya sesungguhnya citarasa dan warna itu adalah dirikita sendiri yang memberikannya. Tentunya warna yang kita suka, citarasa yang kita suka, itulah diri kita. Seribu kepala bisa jadi seribu warna dan seribu citarasa.
Tujuan Aspirasi Pengarang
Aspirasi, tujuan pengarang
Tujuan pengarang, aspirasi
Macam-macam tujuan aspirasi pengarang, ada pengarang yang memiliki tujuan aspirasinya hanya sekedar untuk mencari makan. Mengarang merupakan profesi, sebagai lahan untuk bekerja. Bagi pengarang seperti ini, aspirasi, bukan berarti tidak dipikirkan, akan tetapi bagaimana aspirasi dalam karangannya dan karangan dalam aspirasinya dapat sesuai dengan harapan redaktur, baik itu koran, majalah, tabloid atau jurnal dan semacamnya. Aspirasi pengarang ini biasanya menyesuaikan dengan target berita-berita terbaru yang sedang berkembang dan hangat dibicarakan orang. Jadi mengarang sebagai keterampilan pengarang bagaimana meramu sebuah tragedi menjadi sebuah karangan yang enak untuk disimak, atau diapresiasi oleh masyarakat pembaca. Ia tidak ambil pusing dengan dunia luar, atau dunia teori dari pekerjaan yang dilakukannya.
Aspirasi penyadaran. Ada aspirasi pengarang sebagai penyadaran bagi masyarakat pembaca. Bagi aspirasi pengarang penyadaran, aspirasinya dibangun untuk mengelola dan mengarahkan opini masyarakat kepada satu tujuan pengarang atau tujuan keyakinannya atau idiologinya. Umpamanya karangannya merupakan upaya pendidikan politik. Masyarakat pembaca diajak untuk bertamasya mengetahui bagaimana posisinya dalam kedudukan berbangsa, bernegara dan beragama. Bagaimana posisi kaum perempuan di mata kaum laki-laki, masyarakat dan negara. Bagaimana sebuah keyakinan dan mitos menjadi hidup dan mati. Aspirasi pengarang sangat berperan, menumbangkan, menumbuhkan, memupuk dan menghancurkan.
Dalam aspirasi penyadaran, antara moral dengan tidak bermoral, antara penindas dan tertindas, menjadi bunga-bunga dalam kiasan karangan sehingga sebuah tragedy dramatik menjadi indah bila didengar, dibaca, dan pengarang berusaha meraih simpatik dan empati masyarakat pembaca, lalu proses penyadaran pun terlaksana. Bisa secara sadar atau di bawah sadar.
Aspirasi hiburan. Ada aspirasi pengarang sebagai hiburan bagi masyarakat pembaca. Bagi aspirasi pengarang hiburan, karangannya dititik beratkan guna menghibur masyarakat pembaca. Bagaimana masyarakat pembaca bisa menertawakan dirinya, sebagai akibat dari karangan. Tidak banyak pengarang yang memposisikan aspirasinya sebagai hiburan. Meskipun pada dasarnya setiap aspirasi pengarang bisa jadi sebuah hiburan. Akan tetapi, ada pengarang yang memfokuskan dirinya sebagai penghibur.
Aspirasi terapi. Ada aspirasi pengarang sebagai terapi bagi masyarakat pembaca dan sekaligus terapi bagi dirinya. Pengarang seperti ini cenderung karangannya sebagai media upaya penyembuhan, dengan mengungkapkan segala sesuatu yang menyelimuti perasaan, dan pikiran yang mengganggunya. Padahal bagi sebagian pengarang lain justru mencari-cari berbagai bentuk permasyalahan sebagai pemicu munculnya aspirasi.
Aspirasi kritik social. Ada aspirasi pengarang sebagai kritik social. Biasanya karangan ini memeiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan social masyarakat versi sastra. Meskipun rasanya tidak mungkin sehelai teks dapat menyelesaikan masalah social masyarakat. Akan tetapi minimal dapat mempengaruhi melalui logika pemikiran dan pendapat. Brangkali sama halnya dengan kitab-kitab suci, yang memiliki harapan kepada sesuatu yang lebih baik dan absolut. Sehingga perubahan social itu berevolusi atau bisa jadi revolusi.
Tujuan aspirasi pengarang bisa terus menyesuaikan dengan keinginan jaman atau berjalan berdasarkan logika-logika masadepan dan kebutuhan pengarang atau manusia itu sendiri. Misalnya kebutuhan jasmani dan rohani serta kebutuhan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan kebutuhan sex, sandang pangan papan, kebutuhan berekspresi, keyakinan, kebutuhan media, penelitian.