PUISI
SMA NEGERI 1 LINTANG KANAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG SUMATERA SELATAN
Puspita Sari
X. C
KEHIDUPANKU
Sampai sekarang aku hidup
Masih bisa aku rasakan
Indahnya alam
Ku susuri jalan bertepian
Penuh harapan penantian
Dan keinginan,
Begitu banyak rintangan demi rintangan
Cobaan demi cobaan yang selalu mendera umatMu
Dan didalam perjalanan
Yang begitu panjang
Ku susuri, dengan bersetapak
Semuanya kulewati,
Begitu pula dalam kehidupan
Ku didalam menggali
Dan menuntut ilmu
Ku telah hidup seperti
Anjing jalanan
Yang selalu menggonggong disaat kelaparan
Mengharapkan belai kasihan
Agar aku diberikan
Makan dan tempat tinggal.
AIR LINTANG
Air lintang
Kususuri jalan
Dengan bersetapak
Menuju air lintang
Dengan menggoyangkan
Kaki dan tangan
Air yang begitu besar
Air penuh serba kegunaan
Dengan mengalir begitu panjang
Air yang bisa digunakan
Untuk hidup tempat ikan
Dan untuk membeersihkan badan
Dan mencuci pakaian.
Een Rikardo
XI IPS 1
OCEHAN
Manis gula batu biji selasih
Rakyat teriak kau tak peduli
Semua tergerak
Rupiah bertindak
Oceh kau berjanji
Diam kau korupsi
Setan golonganmu kawan
Kau bukan saudara kami.
Lesung Batu, 14.10.2005
Een Rikardo
XI IPS 1
DENDAM
Dalam kehampaan hidup kita bisu
Termenung adalam kata
Namun naluri menjerit
Kita dihajar dan dilempar
Oleh kemajuan zaman
Bau busuk omong kosong kawan
Buat kita buta
Dan percaya begitu muda
Mereka bodoh
Aku akan lawan dan berjuang
Hari ini
Generasiku nanti
Lesung Batu, 12.10.2005
KITA MENANG
Kala setan berlari
Nafsu terkendali
Perut tak berisi
Berkobar badan
Dibawah terik sang surya
Setan bergantungan
Namun tak berdaya
Lapar, haus
Tertahan niat tadi malam
Hilang tak terasa
Allahuakbar……….
Allahuakbar……….
Kita menang.
Lesung Batu, 15.10.2005
Een Rikardo
SEKOLAH
Pergi pagi isi usus
Ubi rebus aku berangkat
Menuju hutan
Melewati Muara Luang
Bersahabat teriakan air lintang
Dan senyuman gadis malang
Duduk terharu diatas singgasana putih
Setia terbangkanku tiap pagi
Itulah aku
Tuntut ilmu tiada jemu
Demi masa depanku
Lesung Batu, 8.8.2005
Darwan Esmedi
XI IPA
SURATAN ILAHI
Nuansa pagi semarak permai
Sang surya menyingsing keemasan
Berhamburan terhampar luas
Burung-burung berkicau
Kupu-kupu menari dimahkota mawar
Sisa hujan singgah didedaunan
Hendak aku berpijak
Menelusuri jejak pulau bahagia
Pulau penuh kasih sayang
Ku gayu rakit rapuh
Ruwet, tak perawan
Ombak liar menerjang karang
Karang hanya pasrah
Rakit terguncang
Jiwaku tergoyang
Berkutik tak mampu
Bertahan sejenak tak kuasa.
Ah, apa guna kussesali
Kalau sudah suratan dari Nya
Terjadi, terjadilah sudah
Aku…
Hanyalah nahkoda tak berdaya
Lintang, 10.10.2005
PUTIH
Putih,
Kau sungguh putih
Putih kafan tak seputihmu
Segores tinta hitam
Bernyali mencoretimu
Sebilah sembilu
Menusuk, mengiris
Kau hanya tersenyum
Tetap putih tak patah
Tipu muslihat setan
Jadi identitas insan
Sarapan tak kenyang
Semua ini,
Kau hadapi berlapang dada
Ketulusan naluri
Senjata handal bagimu
Demi menginjak mahligai indah
Lintang, 10.10.2005
SIA-SIA
Dulu aku madu kini engkau empedu
Dulu aku susu kini engkau tuba
Dulu engkau melarat kini engkau hebat
Semoga,
Kau jaya
Jayalah selamanya
Hingga jadi penghuni surga
Lintang, 11.10.2005
Darwan Esmedi
XI IPA
DI BALIK SUNGAI LINTANG
Kau berjalan dimuara selatan
Membawa sampah tiada berkas
Kau merasuk dinadiku
Kau terjang keringat basi
Hingga ke ulu hati
Sungai Lintang………
Pergilah ke muaramu
Hanyutkan fiktif belaka
Selusuri jejakmu
Jejak jahil di kediamanmu
Sungai Lintang……
Kau kuasa punahkan noda
Kau mampu membawa malapetaka
Lintang, 20.10.2005
KAKU
Kata emas tak tertuang
Kata karut tiada terbuang
Rasa haru hanya terpendam
Arus zaman berjalan
Mampir di bahari
Hendak ke surgawi
Haluan mahligai panjang
Mahligai indah terbayangg-bayang
Mendekap ke sisi wayang
Menepis gosip
Tak kuasa
Angin nakal tak usai bergelut
Bebek tua berdansa
Langit semarak tersenyum
Orang beertahta berkata-kata
Tapi……
Aku tak berkutik
Lintang, 17.10.2005
KRISMON
Honda lewat tanpa bekal
Minyak mengalir tersendat-sendat
Rupiah beredar di tangan majikan
Majikan tiada peduli bangsa
Harta benda rakyat
Keringat asam menganak sungai
Tangis bayi
Rintihan rakyat jelata
Pelajar putus sekolah
Penghuni kendaraan ditrotoar
Pengangguran hal sewajarnya
Jeritan rakyat,
Kelaparan………
Kematian………
Kehausan………
Haus tak ada habisnya
Gelandangan bergulat
Nasi basi taruhannya
Rakyat melarat, sekarat
Ya, Tuhan…….
Apakah selamanya begini ?
Lintang, 13.10.2005
AYAH
Kau kenakan seragam
Cangkul tua dipundak
Melangkah ke semak-ssemak
Hutan lebat
Penuh duri-duri jahil
Hari ke hari mencari nafkah
Pagi sore jadwal rutinmu
Tak pandang lelah
Banting tulang
Peras tenaga
Motivasi tak retak
Tetap tersenyum manis
Keringat asam meluap
Semburan lumpur silih berganti
Mentari membakar jasad
Berjuang tanpa pamrih, penuh nyali
Demi mencecap sebutir nasi
Buah hati anak istri
Besar gunung tak sebesar jasamu, ayah.
Lintang, 15.10.2005
ALASAN MENULIS:
1. Untuk melestarikan dan mengharumkan nama SMAN I Lintang Kanan
2. Terciptanya puisi-puisi ini berdasarkan kehidupan pengarang
Agus Tamin
XI IPA
BANGKITLAH ACEH
Keceriaan tertumpahkan
Laut menghalau
Hutan terkikiskan
Rumah bertabrakan
Ribuan orang termakan alam
Kota tempat tumpuan
Asma Allah dilontarkan
Keterpurukan jadi pilihan
MIMPI
Malam panjang yang indah
Cerita malam dipaparkan
Dikala jauh disana
Situ mengejar
Antara ruyuh dan desahan
Tanda baik atau buruk
Banting tulang tiada keringat
Mimpi buruk meneteskan
Desah bibir bercucuran
Betis mendayung
Kapal karam
Jatuh di atas tikar
BANGUN TENGAH PUASA
Kentongan bertepukan
Situ berbangunan
Makan di bawah sinar
Tai mata jadi mainan
Kala imsak memanggil
Sendok berhenti menari
Melihat penunjuk bertepatan
Menanti azan dilontarkan
Nafsu syetan berbauran
Bibir dijahit hati
Pipa telinga sumbat
Mata ditutup awan
Hati tergerakkan
Tangan menjulur
Mata menyorot
Sedekah jadi tumpuan
JALAN KEHIDUPAN
Sembilan bulan daku ditahan
Nyawa bunda pertaruhkan
Keringat jadi saksi
Kebahagiaan terenggut
Kertas putih tak bernoda
Meninggalkan bunda
Belahan tangannya
Tiada daku rasakan
Setiap mahluk
Merasakan kodrat alam
Kehidupan ditinggalkan
Kenegri balik papan
KEMARAU BERKEPANJANGAN
Bukit dan gunung bersedih melintang berjajar
Ladang-ladang berhamburan kehausan
Padang ilalang sumbang di bawah nirwana
Cekatan cahaya mengelpar kenikmatan
Dulu hutan semangat dan ceria
Kini perlahan dimakan mata dunia
Sungai yang dulu bertitian gemercikan
Kini amblas ditelan keretakan
Lihatlah kawan
Petani mengeliat mandi keringat
Detik-detik beterbangan tak terlepaskan
Buah harapan jatuh tertumpahkan
Tangisan bumi selalu dinantikan
Selimut langit semangat alam
ALASAN SAYA MEMBUAT PUISI :
Karena saya ingin menuangkan sebuah pemikiran yang terpendamm dan terus saya gali agar menjadi sebuah hal yang sangat bermanfaat bagi saya, dengan puisi saya bisa menyatakan perasaan sedih, senang dalam hati saya.
Arif AB
XI IPA
TAULADAN LASKAR SEKUTU
Gelak tawa…….
Tegur sapa…….
Warnai kebisingan suasana cerita
Siswi-siswi SMA Lintang Kanan
Lenggang…..
Sunyi…….
Sepi……..
Ikutan hadir suasana suka duka
Biar alamku lanjut usia
Untuk SMA ku tetaplah jaya
Tak lupa……
Terima kasih buat bagindaBeserta menteri-menteri
Kerajaan sekolahku
Senantiasa menggendong,
Menyuapi nasi panas dalam panci
Hingga kini
Mutu prajuritmu
Tauladan laskar sekutu
Dalam derap nyali negeri.
Babatan, 362004
TAS HIJAUKU NAN MUNGIL
Pagi dan sinar mentari
Beriringan mengiringi
Dingin sisa hembusaan
angin malam
bersama smangat bajaku
kujinjing tas hijauku nan mungil
kupakai seragam kebesaranku
aku melangkah menuju sekolah nan muda
di sela hentakan langkah
terselip senyuman dinginku
canda, tawa sobat
mengikis lelah kaki dan kaki
babatan VII, 1832005
INIKAH TUHAN
Kau berbaut
Kau pakai oli
Inikah adanya Tuhan
Kau lucu
Mainan anak-anak
Di pasar kau ada
Apa ini juga adanya Tuhan
Kau berkuasa kau bertahta
Apakah Tuhan
Aku tak tahu
Apa itu Tuhan
Mungkin mesin, boneka juga raja
Ah, kayak enggak tahu aja!
Babatan, 1 jan 2005
CINTA
Cinta tak memberi apa-apa
Kecuali keseluruhan dirinya, utuh
Pun tidak mengambil apa-apa
Kecuali dari dirinya sendiri
Cinta tidak memiliki atau dimiliki
karena cinta telah cukup untuk cinta
Pabila kau mencintai jangan berkata
“Tuhan ada dalam hatiku”
tapi sebaiknya engkau merasa
“aku berada di dalam Tuhan”
pun jangan mengira, bahwa kau
dapat menentukan arah cinta
karena cinta
pabila kau telah dipilihnya
akan menentukan perjalanan hidupmu
JIKA ENGKAU
jika engkau angin
bertiuplah ke segenap penjuru
lintasi bukit-bukitsempatkan pandangi diriku
jika engkau ombak
bekejarlah berdebur memburu
di atas langit turuti hasratku
jika engkau kota perdengarkanlah lagu-lagu ceria
dari jantungmu
bergayutan pucuk-pucuk antena
jika engkau menara
kibarkan panji-panji pesona
dari kembaranmu
aku Cuma mengharap
smoga!
Keagungan SMA Lintang Kanan terjaga
SEGAYUNG DUNIO LINTANG
Ayo lari kawan
Dunio Lintang jadi Texas
Menjadi Jakrta nomor 2
Menjadi penghuni manusia hebat
Kebejatan kesesatan
Kemaksiatan dan kebangsatan
Dalam segayung dunio Lintang
2 siang, 23102005
ALASAN MENULIS PUISI:
Karena berkarya sastra merupakan bagian dari hobi saya termasuk puisi.
Tina Dwita
XI IPA
SERENG
Sereng
Bersemen, berbatu, berpasir
Lambat kau bawa sesara
Kau.
Bagian nyawa, dan
Tak mampu melajukan sesara busuk
Jadi palang terempang
Sereng………
Kereng matamu,
Nemak pegasianku
Buntu belanga dan
Bubos morongku
Sereng……
Nyawamu,
Memberi penjelasan
Berkomunikasi, mencari metode langkaku
Sereng………
Aku bangga dan menang
Lamak nemakku
Jujur – Peel
Nyembol – mopotku
Ada padamu
Sereng
Terima kasih
ASAK BAMBAP
Modal betunaan
Dangau, sebua kanco
Kawo sebidang buyu pula
Nak di kerawati
Alang ke banggonyo
Batang sebatang katek bua
Tidak berumbi
Makan angen tak bertai
Dompet asoi segalo buntu
Paras kumal rambut berkutu
Udara terisap cerutu
Umpan mati dulu
22-10-2005
KEMARAU PADA AIR LINTANG
Lihat………
Sungai lintang dulu deras
Kini tampak kecil dan mulai susut
Tumbuhan yang mulanya hijau dan lebat
Kini mulai layu dan meranggas mupus
Dan coba lihat itu
Betapa tanah akan semakin membelah
Karna sungai lintang pepohonan hidup
Oh hujan
Kapankah turun kembali
Agar subur alam ini
Supaya petani dak paya lagi
25-10-05
BE UMO
Berilah aku keberuntungan
Tana siang dan biji kopi pilian
Kideng besak, samo puntong
Berilah aku keberuntungan
Uang pembeli pupuk dan racun
Hujan menyabu tanah air
Bila waktunya kopi ku putir
Bongkotnya kukaja
Nikmatmu kugali
Terima kasih Tuhan
Atas rahmatmu
25-10-05
ALAPNYA AKAP
Setitik embun membasahi
Kuntum anggrek ku layaknya
Bidadari mandi di sungai suci
Segar harum semerbak mengedar di bawa ceeri
Ku isap, udara
Kusedot anggrek itu
Angka renonya akap itu
Matahari yang ungu bersinar
Angin semilir
Layak menyentu helai rambutku
Kelepak kelelawar menggurangi
Semarak petang itu
25-10-05
LINTANG KANAN BERSUMPA
Lintang kanan bersumpa
Berderet nyawa membentang
Kau berdiri sebagai organisme
Dan kau melahirkan bebeerapa sistem organ
Serta jaringan sel
Lintang kanan bersumpa
Kau berpangkal dari
Muara pinang damai
Nalo lamru yang kekeringan
Lubuk tapak kesempitan
Nalo lamo sebagai dompet
Lintang kanan bersumpa
Kau tali panjang terus bersambung
Muara danau kebanjiran
Babatan keramaian
Lesung batu dambaan
Lintang kanan bersumpa
Kau akan sanabung panjang
Muara keban peeraduan ijot
Sampai talang tetew, menuju
Batang kesam hinggga pucuk ayek nibong
Tanjung alam keributan
Rantau ati bergali-gali
Rantau kasaii ssaudara kembar ali
Lubuk cik kebuntuan
Karantanding belagak galo
Nibung tempat pengaduan
Umo jati aku mati
Malam Selasa, 25-10-05
LESUNG BATU BERBIDADARI
Pancaran mentari
Mewarnai hari-hari
Jadi segar dan berseri
Ku nikmati
Air sereng mengalir
Hamparan tanaman subur
Udara sejuk nan menawan
Alangkah renonya
Menyaksikanlesung batu bidadari
Asri sepanjanng hari
Oh gustti
Tidak rela aku lesung batu disakiti
Oleh ampa dan polusi
Aku akan menemaninya sepanjang waktu
ALASAN PEMBUATAN PUISI :
Alasan karna puisi
1. hobi menulis
2. penghibur diri dan pembaca
3. menuangkan seluru isi kehidupanku
4. menjadi sebua pengalaman tentang suka duka
5. dapat diambil suatu makna yang dapat meroba kebiasaan hidup
ingin menjadi pencipta yang seutuhnya dan menjadi sastrawati
PRATA LA
IPS I
MOTTO KITO
Jemonyo hulu balang
Tiap hari di gelanggang
Keluargo tersingkirkan
Bando terlelang
Semboyan tiba tercelah mtto kito
nedo mati muno jadilah
BANDUNG LIJANG
Menghujani nafsu
Menyatu aliran darahku
Kenyak tak sudah merindi
Denyut nadi
Teratai di hati
HONDA HAUS SEKOLAH PUTUS
Honda lewan hutan
Menjerit muatan ruang
Mogok tengah jalan
Mengancam tikungan tajam
Ekonomi tengah sawah
Bapak petani tua
Bensin manjat rupiah
Prata putus sekolah
IBU
Mengandung, melahirkan dan membesarkan
Meninggalkan kami
Meninggalkan si tolol ini
Kenapa si ma ko pergi?
Aku sendiri
Tanpamu aku sepi
Si tolol tak berarti
Manis senyummu
Atok wajahmu dalam aliran darahku
RADESI YUDEDE
IPS 2
SAHABAT
Senyum terhampar di bibirmu
Kebaikan penuh pengorbanan
Keikhlasan kau beerikan
Buatku damai di dekatmu
Pahit duka deeritaku
Dapat di hapus oleh senyummu
Terimakasih sahabat
Kututurkan untukmu
SETETES EMBUN
Aku memandang setentang mata
Embun membentang langit dan bumi
Kutanya matahari
Sinarilah semua embun pagi
Setetes embun di pagi hari
Pengobat haus dahaga ini
Kapan embun datang lagi
Menghapus bumi segersang ini
ALASAN MENULIS:
karena saya suka menghayal dan ingin mencoba membuat khayalan itu lebih berarti bagi saya. Serta ingin mencurahkan kata hatiku lewat tulisan.
NIA RAPIKADURI
IIPS 2
JANGAN
Jangan bicara moral kepadaku
Aku tak pernah tahu
Aku Cuma tahu tikus-tikus
Mengendap ke kantong ibu
Jangan tanyakan agama padaku
Karna aku tak beragama
Yang kutahu wanita-wanita bugil
Berbaris menghadap Ka’bah
Jangan tanya keamanan aparat
Sebenarnya aparatlah yang menindas rakyat!
KEDUDUKAN
Lunte barek penuhi kurasi
Pengacara mental pembunuh umbi
Pembela moral pembatak Ka’bah
Agama kebugilan masa
Aparat cabuli rakyat
PERJALANAN
Kanvas terbawa angin
Jatuh permukaan sungai
Tepian berbatu makna dari setetes bercak noda
Sungai panjang diterpa kemendungan
Makna satu kesinaran atas kemurkaan
Mengapa sungai belum berciuman dengan laut
Putih, coklat awal kehitaman
Tersungkur tapi berbatu, sepi
Akhir suatu sejarah
BUKIT PENANTIAN ILALANG LINTANG
Aku terbelit mengait nadi terpintal siring jemari kopi
Bukit berlarit dibualan sawah
Terpancung sabit partai jerami
Nyaci nyuluk tergelitik nyali
Kpi padi terpantau kalangan
Lilitan mendung tertusuk lalang
Ujinyo: tino lanang tajam tegalau galo
HILANGNYA DEMPO
Kebodohanku kebohongan tuhan
Khayalan hantu kematian panjang
Sebar noda hutan jiwa
Segar rasa hujani nista
Sintang kenyataan elang
Lengitkan angan tersipu dendam
Kotoran bagian kebohongan
SUNGAI LINTANG
Misteri tersimpan pingsan kenikmatan
Bening hening berikan kehidupan
Nikmat lumat untuk umat
Rahmat gelagat tak bersuat
Kekeruhan bersahabat
ALASAN MENULIS:
Bagi saya puisi adalah keindahan yang dapat dinikmati, lewat tulisan. Saya dapat mengkritik terhadap apa yang terjadi di sekeliling saya bahkan yang terjadi pada negara.
MUNAWIR SAZALI
XI IPA
MENGINTIP
Aku meringkik
Kawan melotot pongkot
Dia terkejut malu
aku dan kawan balapan.
20102005
PISAU DI PINGGANG
kadang berada di sebelah saku celana dalam
mengolok-olok di saku tulang pinggang
bersemangat keringat pendekar bubar
pendekar tiba di keramaian hutan dan kota
pendekar hutan menebas bulu-bulu bukit hijau
pendekar kota anjing gila kehausan
sekelompok pendekar yang kotor pendidikan
memangsa tikus kecil punya saku
pisau siap memancung keadaan terjepit
KIDING
Senjata yang di sandang para pejabat
Sawah dan bebukitan
Tercipta dari segumpal rotan serimet
Kokoh teguh memikul barang
Kau sahabat sejati
Kau membantuku nmenemukan uang
SUNGAI LINTANG
Suasana pagi datang menjelang
Sungai lintang datang menantang
Bersetubu denganku
Dia menerjangaku tantang
Kadang mara tak terkalahkan
Kau raja bunyi tak berhenti
Selalu berteriak dalam sepi
menantang setiap orang dengan suaramu
dan batu bisa kau taklukkan
dengan bujuk rayumu
HAMPARAN PADI
Berapa bulan telah beraksi
karingat bertaburan menjadi saksi
kalimatpun menjadi janji
kalimat bersukaria
ladang gemilang penyemangat hati
ladang kutunggu telah tiba
pokok makanan berjumpa lagi
hijau digosongkan matahari
berganti kuning menandakan
lewat senyum dipancarkan
petani siap memancung hamparan padi
ALASAN MENULIS:
Aku menulis puisi untuk kepuasan. Aku tidak menghiraukan maknanya yang penting aku senang. Aku lebih suka menuliskan sesuatu yang ada di sekitar kehidupanku terutama di daerah Lintang.
BAMBANG IRAWAN
XI IPS 2
BAHAGIA
Pagi-pagi kami mandi
Memakai baju putih abu
Alangkah senang kami ini
Karena ada ibi bapak gurru
LINTANG EMPAT LAWANG
Terlentang pisau panjang
Perangko batang-batang
Jadi orang jadi datang
Datang pertentangan
Diri marah
Duri tajam
Lintang Empat Lawang
Pantang mundur jadi orang
Belum bertemu belum senang
Garis melintang jalan panjang
Tujuan tak karuan
Celaka orang bisa karuan
Celaka diri tidak karuan
NASIB ORANG LINTANG
Dunia berputar
Cahaya-cahaya bergantian
Nasib orang lintang jadi panjang
ENGKAU
Burung di tangkai rantingyang mati
Daun-daun jatuh tanpa arti
Tapi kita menyadari bahwa itu titipan ilahi
Jembatan terbentang di atas air
Bambu-bambu terurai di atas tepian
Angin berhembus dengan kencang
Sehingga jembatan bambu berayun-ayun
Sungguh indahnya engkau memandang
Sehingga terjadi engkau di pinggir batang
Lalu engkau bersembahyang
Karena engkau ingin melayang
Tapi sayang engkau tidak ada tujuan
KESEDERHANAAN
Bunga tertanam di pinggir tebat
Batu tersusun dengan rapi
Walaupun begitu hebat tetapi tetap bersemangat tinggi
Malam ke malam terus berjalan
Bulan dan bintang bersinar suci
Hati diri tetap aman
Walaupun lama perjalanan ini
RUMPUT
rumput-rumput yang tumbuh subur
air mengalir di pinggir rumput
waktu telah menunjukan zuhur
Semua orang akan bersujut
Tangan yang panjang menjadi pendek
Mulut yang besar menjadi kecil
Karena hati sudah terdidik
Tidak lama lagi akan berhasil
KESABARAN
waktu ke waktu terus berganti
pohon-pohon banyak berkurang
jalan yang panjang sanggup kita jalani
karena kita selalu berjuang dan tenag
duliu orang menghina-hina
sehingga kita putus semangat
tapi diri tidak kemana-mana
berpegang teguh asalkan selamat
PENYESALAN
Dari seberang ke timur
Mata melihat dengan tajam
Apakah diri masihh umur
Kalau nelayan jatuh di dalam
Dunia selalu berputar
Angin selalu berhembus
Hati ini selalu gemetar
Karena diri tidak serius
Umur berkurang-kurang
Nyawa memanjang-manjang
Hasil tidak karuan
Kemudian menyesal akhir zaman
ALASAN MENULIS:
karena menulis bagi saya adalah salah satu untuk mengembangkan pemikiran
MARLIN NOPRIKO
XI IPA
LUBUK KASAI
lubuk bening tenang penuh berkat
kasai sahabat akrab abadi
gelombang ombak bawa budaya mencuci budi
hanyutkan sampah pekat
berbau budaya angkuh syetan terkejut
lubuk kasai
melawan curam batu napal
menantang batu keras terjal
hancur oleh ombak-ombak kecil
mengikis sukma
menyerap dalam raga hati
mewarnai baju baja diri
MENANTI SURGA
rindu ini kelabu
melangkah kaku
menyelusur langkah berliku
menahan panas di hari panjang
melawan trik dalam dahaga
panas bagai melawan api
melawan nafsu mendidik budi
kemenangan pasti akan diraih
lapar di ramadan ceria
hembusan napas menanti surga
MARLIN HANYA TERSENYUM
Kau berkata indah dengan politik
Melantunkan melodi serasi
Nyanyian kemakmuran
Menyeluruh tanpa ragu
Sehebat gemuruh guntur
Palsu untuk rakyatmu
Tapi Marlin hanya tewrsenyum
Tingkatkan ekonomi
Menaikkan harga
Rakyat banyak tertindas binasa
Makan batu minum tuba negara
Persadapun porak-poranda
Tapi Marlin hanya tersenyum
Pelajar ke sekolah naik yang berbensin
Kini mogok di tengah cengkraman harga
Marlin mengayuh kerata
Marlin masih tersenyum
Ceria
Marlin adalah rakyat
Korban dari kekuasaan harga
Korban dari tikus-tikus negara
Tapi Marlin hanya tersenyum
pasrah
PASKIBRA
Di tengah panas mentari
Membakar bagai api
Tetap kau pertahankan barisan persatuan yang benderang
Panas namun dingin perasaan
Mendidih
Tapi sejuk tak hilang
Paskibraku
Ibarat jalan membentang
Panas membakar tak dihiraukan
Demi berkibarnya sang Saka
Tapi sayang aku sedih
Rasanya akan hilang sesuatu yang indah
Tanpa keseriussan
Mengapa yang terpilih mencaci
Mengapa yang ada tapi lupa
Yang pandai jadi angkuh
Paskibraku
Kali ini aku merasa malu
Jika hilang semangat dahulu
Jangan biarkan pudar dan rapuh
Jangan runtuh oleh omong-omong bohong
14 Agustus 2005
ALASAN MENULIS:
Sastra merupakan suatu wujud yang sesuai bagi saya untuk melampiaskan isi hati dan sebagai sarana untuk berfikir lebih dari kenyataan dalam bentuk ungkapan.
YULISTRI
XI IPS 1
KERESAHAN
aku berteduh pada pepohonan
tepi jurang sunyi
tiada badai
tiada hujan
dapat henti dahaga ini
semua tak berarti
keresahan dalam hati
membuat aku sedih
Biodata Penulis
1. Agus Tamin: Lahir di Karang Tanding, 05 April 1989. kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat
2. Arif Rojuli: lahir di Dusun Babatan, 5 juli 1988. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat.
3. Bambang Irawan: Lahir di Muara Timbuk, 23 Nopember 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat.
4. Darwan Esmedi: Lahir di Babatan, 2 Juni 1988, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA.
5. Een Rikardo: Lahir di Lesung Batu, 1 April 1989, kecamatan Lintang Kanan, kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 1
6. Marlin Nopriko: Lahir di Rantau Kasai, 15 Maret 1988, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA
7. Munawir Sazali: Lahir di Karang Tanding 25 Oktober 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPA.
8. Nia Rapika duri: Lahir di Sukarami, 07 Februari 1990, Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 2
9. Prata LA: Lahir di Babatan 17 Agustus 1987. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat. Kelas XI IPS 1
10. Puspita Sari: gadis yang lahir di Lanbur, 15 Februari 1990. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
11. Radesi Yudede: Lahir di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
12. Tina Dwita: Lahir di Muara Danau, 6 Oktober 1988. Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas XI IPA, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
13. Yulistri: Lahir di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, kelas X C, SMAN Negeri 1 Lintang Kanan.
14. Imron, S.Pd. Lahir di Penyandingan, 7 Agustus 1961, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagai kepala Sekolah SMA Negeri I Lintang Kanan Kabupaten Lahat. Banyak pengalaman dalam berbagai bidang seni. Beberapa kali menjuarai dalam pembacaan puisi baik di tingkat kabupaten Lahat bahkan menjuarai di tingkat provinsi. Pernah juga mengikuti lomba pembacaan puisi di tingkat nasional. Ia pernah juga mendapatkan penghargaan dari Presiden RI sebagai Guru Teladan. Selamat dan sukses untuk penerbitan buku kumpulan Puisinya.
15. Jajang R Kawentar, Lahir di Tasikmalaya, 9 Oktober 1970. Lulusan dari Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, angkatan 1990. tulisannya berupa puisi, cerpen dan esai dimuat di berbagai media Lokal dan Nasional, beberapa karya puisi dan cerpennya dalam antologi.
perrnah mengikuti writing program Cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) tahun 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Urunan Kata