


Ngamen Puisi di Pasar Senggol
Komunitas Sastra Lembah Serelo (KSLS) Lahat menggelar Ngamen Puisi karya Wiji Thukul di beberapa tempat keramaian seperti di Pasar Senggol, Pasar Ramadhan PTM dan Talang Ubi, Sabtu (28/8). Talang Ubi ini kompleks rumah warga yang berada di pinggir rel kereta api dekat statsiun Kereta Api Lahat. Kegiatan ini dalam rangka memperingati hari ulang tahun Penyair Wiji Thukul yang juga seorang aktivis yang hilang karena korban politik pada awal reformasi. Di samping itu memperkenalkan puisi kepada masyarakat umum sebagai bentuk seni yang bisa diapresiasi oleh siapapun dan dimanapun.
Hal ini diungkapkan Jajang R Kawentar sebagai pembina KSLS, “Dulu Wiji Thukul sering ngamen puisi, kegiatan ini mengenang penyair Wiji Tukul yang hilang akibat korban politik pada awal reformasi tahun 1998. Sampai saat ini tidak ada tanda-tanda kehidupan Wiji Thukul. Tentunya kegiatan ini juga sebagai bentuk keprihatinan kami dari komunitas Sastra,” kata Jajang.
Warga lahat yang sempat melihat saat ngamen, kaget, aneh mendengar seperti berteriak-teriak baca puisi di pasar Senggol, di Talang Ubi Bedengseng. tampaknya mereka merasa terhibur, karena setiap pembacaan puisi Wiji Thulkul oleh Yudistio, Pinasti S Zuhri dan Jajang R Kawentar disambut dengan melontarkan kata, seperti "merdeka!", "lawan", "ayo", "yeah," atau sekedar berteriak dan tersenyum saja.
Pinasti S Zuhri (30) dan Yudistio (30) pengamen puisi yang juga tokoh pemuda Desa Pagarsari mengungkapkan, “di Pasar Senggol semua pedagang dan pembeli terperangah, karena di Kota Lahat ini tidak pernah ada yang ngamen baca puisi apalagi di pasar,” katanya.
Seorang pedagang tukang buah di Pasar PTM yang memberikan buah semangka kepada pengamen itu mengatakan, “Aku baru kali ini ade jeme (orang) yang ngamen maco (baca) puisi. Bagus juge, kreatif lah,” katanya. *)