Penerus
: Angkatan 66
Sepasang mata nanap ke arah pulau
Tiba-tiba mengatup
Sebuah tubuh rubuh, menyentak ibu dalam penantian
Harum melati di rimba
Dan mendebu diangkasa
Tenggelam di laut menjadi lumut
Berkakan tawa-tawa iblis
Pada rimba yang diam
pada angkasa yang berkbut
Pada laut penuh lumut
Kini sedu tangis berhenti
Layar tertutup
Semua bergegas berkemas
Semua penonton djadi pelaku
Pelaku!!
Derap djadi seirma sendiri
Derapnya kebang kitan
Bangkit, bela dan hancur
Hari Proklamasi,
Palembang, 17/8-1965
Kasim Muchtar
Kepala Anom
Kepada Pedjoang 45
Sebuah nada tinggi, diiringi lagu-lagu besar menggumam
Nada sedih pikiran letih
Kau pemantjing sangsaka yang masih
Empat ditambah lima sembilan dari sepulung
Mengapa begitu rapuh!?
Kau dengar nada semakin tinggi
dan lagu bergumam semakin seram
kau tahu gerak sutjimu mengabdi pada revolusi
dan mengabdi tetapi merugi
Palembang 1965
Kasim Muchtar
Kepala Anom
Timbang
: Untuk Tikus-tikus Pelubang Roti
Begitu tjepat gelap sehabis gelap beratus tahun
Begitu padat tekat lululr disentak alun
Kita pernah sama satu dalam djandji tahan udji
Bongkar ini pudji
Kita sama kedji
Lantaran antara kita tiada kebenaran
Antara kita sama haus darah
Pabila begini semua pada marah
Tuhan juga marah?
Kasim Muchtar
Kepala Anom
Kasim Muchtar adalah Penyair Sumatera Selatan kelahiran Ogan Komring Ilir, yang mengalami jaman Belanda, Jaman Jepang, jamn Orde Lama, Getapu, Orde Baru, Reformasi, sampe jaman SBY. dia adalah prajurit rakyat, sejak jaman jepang hingga memperebutkan kemerdekaan RI. dia sudah menulis puisi dan puisi-puisinya dibacakan di RRI di Radio BBC, dan Radio Belanda dan dimuat di koran. puisi-puisinya mendapat tanggapan baik dari pemirsanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Urunan Kata