Sabtu, 11 Februari 2012

WAHAI PENGECUT

PARA PENGECUT ITU SELALU DI BALIK MUKA KARUT
SEPERTI BADANNYA YANG GAGAH DAN TAMPANG RUPAWAN
BERSAMA HANTU IA BERSEMBUNYI
MENAKUT-NAKUTI SIAPA SAJA DARI KETAKUTANNYA SENDIRI
MENUNJUKAN KEPINTARAN DARI KEBODOHANNYA SENDIRI
MENCARI PEKERJAAN DARI ISENG SENDIRI
PARA PENGECUT ITU SEDANG MENGHANCURKAN DIRINYA
DENGAN SEGALA KEKUATANNYA...O YEAH

Pagarsar, Februari 2012

Kamis, 09 Februari 2012

3 PUISI KASIM MUCHTAR [KEPALA ANOM]

Penerus
: Angkatan 66

Sepasang mata nanap ke arah pulau
Tiba-tiba mengatup
Sebuah tubuh rubuh, menyentak ibu dalam penantian
Harum melati di rimba
Dan mendebu diangkasa
Tenggelam di laut menjadi lumut

Berkakan tawa-tawa iblis
Pada rimba yang diam
pada angkasa yang berkbut
Pada laut penuh lumut

Kini sedu tangis berhenti
Layar tertutup
Semua bergegas berkemas
Semua penonton djadi pelaku
Pelaku!!

Derap djadi seirma sendiri
Derapnya kebang kitan
Bangkit, bela dan hancur

Hari Proklamasi,
Palembang, 17/8-1965
Kasim Muchtar
Kepala Anom


Kepada Pedjoang 45

Sebuah nada tinggi, diiringi lagu-lagu besar menggumam
Nada sedih pikiran letih
Kau pemantjing sangsaka yang masih
Empat ditambah lima sembilan dari sepulung
Mengapa begitu rapuh!?
Kau dengar nada semakin tinggi
dan lagu bergumam semakin seram
kau tahu gerak sutjimu mengabdi pada revolusi
dan mengabdi tetapi merugi

Palembang 1965
Kasim Muchtar
Kepala Anom


Timbang
: Untuk Tikus-tikus Pelubang Roti

Begitu tjepat gelap sehabis gelap beratus tahun
Begitu padat tekat lululr disentak alun
Kita pernah sama satu dalam djandji tahan udji

Bongkar ini pudji
Kita sama kedji
Lantaran antara kita tiada kebenaran
Antara kita sama haus darah
Pabila begini semua pada marah

Tuhan juga marah?

Kasim Muchtar
Kepala Anom

Kasim Muchtar adalah Penyair Sumatera Selatan kelahiran Ogan Komring Ilir, yang mengalami jaman Belanda, Jaman Jepang, jamn Orde Lama, Getapu, Orde Baru, Reformasi, sampe jaman SBY. dia adalah prajurit rakyat, sejak jaman jepang hingga memperebutkan kemerdekaan RI. dia sudah menulis puisi dan puisi-puisinya dibacakan di RRI di Radio BBC, dan Radio Belanda dan dimuat di koran. puisi-puisinya mendapat tanggapan baik dari pemirsanya.

Rabu, 01 Februari 2012

KE PALEMBANG


Ke Palembang

Ke Palembang hanya ingin duduk di dekat Sungai Musi dan Jembatan Ampera
Sambil meminum kopi Bukit Pagarsari, menatap lalu-lalang perahu ketek dan kecipak airnya,
Berlama-lama, sambil melukis bukit Serelo yang mengacungkan jempolnya dan Gunung Dempo yang diliput kabut
Ada yang memetik buah kawe
Ada yang memetik pucuk teh
Berduyun-duyun mata kinjar ditopang palak
liwat jerambah gantung pagar batu
Dek lanang dek betine
Dek budak dek jeme tue, galak gale
Betegur besapa di jalan di ladang
cak semut nyakar lokak
Di Palembang lukisan jadi semunan
Ribang. Ribang tunggal di dusun
Ke Palembang mangun megahnye kota ngak dusun laman
Pagarsari, Februari 2012