Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...
DKSS MILIK SIAPA
Jajang R Kawentar
Sejak awal berdirinya Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) sudah menjadi persoalan. DKSS sendiri merupakan jelmaan dari bentuk persoalan yang terdiri dari pekerja seni, pemerhati seni, budayawan beserta karya-karyanya. Siapa yang membuat persoalannya kini, siapa lagi kalau bukan tidak sejalannya antara keinginan gressroot dengan lembaga yang dibentuknya. Dengan kata lain adanya miskomunikasi antara lembaga dengan akarnya, atau karena ada pengaruh lain dari luar sistemnya. Padahal sebuah lembaga itu dikendalikan oleh kepala atau yang membuat kebijakan. Tentunya pembuat kebijakan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya (AD ART). Sementara AD ART dibuat berdasarkan musyawarah dari beberapa kalangan yang melingkupi seni.
Persoalannya lagi, apakah DKSS dibimbing berdasarkan ketentuan yang mengaturnya menurut hasil musyawarah atau mengikuti arus angin yang dihembuskan atas kepentingan politik. Ini persoalan baru lagi dimana kesenian menjadi kendaraan politik.
Karena menjadi kendaraan ini pula kesenian menjadi sangat mudah dipelintir dan distir ke jalan yang banyak menguntungkan fihak tertentu di luar lingkup seni, tidak ke arah kebutuhan kalangan yang melingkupi seni.
Membaca beberapa tulisan tentang Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) di berbagai media menunjukkan betapa masyarakat seniman sepertinya ikut perduli akan keberadaan lembaga tersebut. Barangkali karena masyarakat merasa memiliki DKSS, dan menganggap bukan milik seseorang, atau karena telah terjadi penyalahgunaan kepemilikan DKSS.
Kontribusi
Kalaupun memang DKSS merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam mimpi pemerintah terhadap dunia kesenian di Sumatera Selatan. Dorongan perhatian ini muncul karena masyarakat seni Sumatra Selatan menghendaki lembaga tersebut membawanya ke arah perbaikan materil maupun non materil. Hal inilah yang sangat diharapkan dari manfaat sebuah lembaga. Apabila sebuah lembaga tidak dapat mensejahtrakan secara financial atau pengetahuan, lembaga seperti ini patut dipertanyakan kinerjanya.
Bagi sebagian orang DKSS tidak memberikan kontribusi apapun, ada tidaknya lembaga tersebut tidak berpengaruh terhadap kehidupannya begitupun bagi sebagian senimannya. Apabila dimintai foling pendapat masyarakat tentang kontribusi DKSS selama ini yang menyentuh kehidupan masyarakat seniman dan masyarakat umum tentu akan tergambar bagaimana baik buruknya lembaga tersebut. Inilah kenyataannya di masyarakat, selama ini kurang mendapat perhatian. Mungkin bagi fihak pemerintah, dan fihak yang ada di dalamnya (pengelola) kontribusi DKSS sangat menguntungkan.
Jangan terlalu jauh kepada masyarakat umum, bagaimana kontribusi DKSS terhadap masyarakat senimannya sendiri. Seniman seringkali diletakkan pada kelompok apresiator pasif, bukan sebagai apresiator dan kreator aktif. Sehingga seniman, pemerhati seni dan budayawan selalu mencatat atau mengomentari bagaimana kinerja sebuah lembaga seni. Jarang sekali terjadi bagaimana teks-teks yang dihasilkan dan karya-karya yang dihasilkan pekerja seni dikritik, didiskusikan, dipentaskan, dipamerkan atau didokumentasikan. Bagaimana peranserta sebuah lembaga seni supaya dapat memfasilitasi berbagai kegelisahan masyarakat seninya. Tetapi memang sangat sulit mendapatkan lembaga yang ideal, kebanyakan hanya menuruti egoisme seseorang atau karena tekanan seseorang.
Hal ini bisa dilihat sejauhmana kegiatan atau program DKSS selama ini apakah banyak melibatkan para seniman, atau hanya sekedar seremonial belaka, yang mengundang para pejabat. Begitupun dengan target-targetnya berapa banyak yang menyentuh masyarakat seniman. Seandainya saja setiap program atau kegiatan banyak melibatkan seniman dan masyarakat. Disamping itu ikut memperjuangkan akan kesejahteraan seniman maka tidak akan terjadi polemik yang berlarut-larut.
DKSS memang bukan lembaga sosial, namun bisa berperan dalam mengangkat harkat martabat seniman. Siapa yang sanggup melakukan perubahan dalam kepemimpinan DKSS ini, dapat merangkul berbagai fihak, memiliki leader ship yang baik serta memiliki kemamampuan manajerial yang baik pula.
Program
Tidak ada program DKSS yang menawarkan untuk sebuah pementasan, pameran atau pembuatan buku bagi para seniman secara bergilir. Sehingga kontribusi seniman terhadap masyarakat dan kontribusi Lembaga kesenian terhadap Seniman akan terasa. Hal ini tidak pernah dilakukan DKSS.
Proaktif sangat diperlukan bagi lembaga yang menaungi komunitas dan sebagai fasilitatornya. Namun gagasan itu tidak hanya keluar dari lembaga, gagasan yang muncul dari komunitas ditampung menjadi bagian agenda yang harus dilaksanakan. Dengan demikian program atau kegiatan lembaga itu tidak macet karena keringnya gagasan atau miskin kreatifitas.
Minimnya kegiatan kesenian yang mendayagunakan pekerja seni menandakan tidak terjadinya produksi seni. Lembaga seni harus bisa merangsang para pekerja seni terutama yang ada di lingkungannya untuk produktif dan aktif mengapresiasikan karya-karyanya ke masyarakat. Dengan demikian aktifitas kesenian akan tumbuh dan setiap pekerja seni akan berbicara melalui karya-karyanya dan bersaing.
Selama ini pembicaraan mengenai perkembangan seni budaya nyaris tak terdengar, Malah yang muncul tentang kekuasaan dan kebijakan yang selalu keliru. Sehingga setiap kali yang diperbincangkan tidak mengena dengan subtansi dari sebuah lembaga yang memiliki beban tangung jawab terhadap perkembangan seni budaya.
Bukankah sebuah lembaga memiliki acuan kerja yang berpihak kepada masyarakat, sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Apabila sebuah lembaga besar hanya melakukan kegiatan-kegiatan seremonial saja, apa bedanya dengan sebuah Event Organiser (EO).
Permasalahannya bukan hanya sampai disitu, orang-orang yang ada di lembaga itu tentu tidak gratis. Pasal besar kecilnya honor tentu prosedur kebijakan pimpinannya. Kalau lembaga ini menghargai dan ikut berusaha meningkatkan tarap hidup seniman tentu akan lebih baik. Hadirnya sebuah lembaga memang penting, tetapi lebih penting lagi pruktifitas dari pekerja seni. Siapapun yang menjadi pemimpinnya harus mengutamakan terciptanya iklim berkesenian yang kondusif. Salam budaya! Lahat 16 Juli 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Urunan Kata