
Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...
MELIHAT INDONESIA DARI SUMATERA
Jajang R Kawentar
Sumatera dalam gugusan teater kembali melihat Indonesia sebagai ruang dalam berkesenian. Apakah panggung teater Sumatera memperhitungkan kembali terhadap panggung Indonesia dalam tatanan negara kesatuan karena kasus-kasus besar seperti mantan penguasa Orde Baru itu. Bukankah penduduk Sumatera dilecehkan atas ketidakadilan dalam penegakkan hukum di Indonesia. Judul di atas merupakan tema Pekan Apresiasi Teater se-Sumatera di Padang Sumatera Barat tanggal 20 - 27 Januari 2008. Penyelenggara dari kegiatan ini adalah Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang. Ada apa dengan Sumatera dan ada apa dengan panggung Teater Sumatera? Apakah ada pemikiran baru tentang Sumatera dan apakah Indonesia kurang bersahabat lagi dengan Sumatera?
Ini sebuah gagasan yang dilandasi pemikiran tidak sederhana, sehingga Melihat Indonesia dari Sumatera. Apa dulu tidak pernah meliriknya atau Sumatera hanya dimanfaatkan Indonesia. Memang Sumatera luas dua kali pulau Jawa, sekarang terpecah menjadi sepuluh provinsi dan akan terjadi pemekaran daerah lagi. Penduduknya sudah pula meningkat, banyak pula yang hijrah dari pulau Jawa. Apakah dengan kegiatan Pekan Apresiasi Teater se-Sumatera ini akan menggalang kekuatan Sumatera yang baru dan memetakan di panggung Indonesia?
Diyakini bahwa dunia kesenian itu sangat sensitif dengan perkembangan mutakhir keadaan sosial mikro dan makro. Atau ini hanya sekedar lintasan pemikiran insidental gerakan kesenian tentang keadaan negara. Rasanya tidak mungkin sebab dunia saat ini semakin mengecil, apalagi sebuah negara. Semakin jelas dipandang dan kita sendiri merasakan pengaruh keadaan itu.
Kita berharap dari kegiatan Pekan Apresiasi Teater se-Sumatera ini akan memberikan sumbangsih pemikiran yang lebih menguatkan terhadap kesatuan dan persatuan bangsa serta keutuhan sebuah negara. Atau ini merupakan cikal bakal dari gerakan disintegrasi bangsa? Perlu kita akui bahwa Sumatera sebuah pulau yang kaya raya akan hasil buminya. Rempah-rempah, sawit, kopi, padi, karet, kayu, batu bara, minyak bumi dan lain-lain. Sumatera Selatan sendiri merupakan provinsi terkaya kelima di negeri ini, dengan mengklaim sebagai provinsi lumbung energi dan lumbung pangan nasional. Sudah tentu banyak sumbangan Sumatera terhadap pembangunan infrastruktur serta perekonomian Indonesia.
Melihat Indonesia dari Sumatera ini hanya sebuah kegiatan kesenian, yang segala sesuatunya dilirik dari sisi seni. Hanya jangan salah, seni selalu memandang segala persoalan dengan kejujuran. Seperti persoalan kemanusiaan di Aceh, sembilan tahun pemberlakuan Daerah Operasi Militer yang menjadikan banyak kampung perempuan, karena suaminya dibunuh, perempuannya digagahi dan kekayaan alamnya dikuras. Untuk itu kiranya tema Pekan Apresiasi Teater se Sumatera merupakan gagasan besar yang tidak mustahil mempengaruhi pemikiran yang berkembang di masyarakat Sumatera saat ini. Mereka yang datang diundang dalam acara tersebut tentu membawa persoalan-persoalan yang telah dan sedang terjadi di daerahnya ke atas panggung teater. Mungkin masalah Pilkada, otonomi daerah, pajak, pertanahan, pendidikan, harga bahan pokok yang melambung, subsidi pemerintah yang pincang, korupsi yang terus membumi, gender, perubahan iklim, serta kemiskinan yang semakin tajam.
Tentu saja persoalan ini tidak hanya dimiliki oleh Sumatera sebagai pulau yang kaya, tetapi juga dirasakan oleh penduduk kepulauan Indonesia lain yang juga kaya. Apakah dengan gagasan ini Sumatera akan mempelopori sebuah gerakan sosial budaya dan melakukan perubahan dalam berbagai aspek untuk Indonesia atau Sumatera ancang-ancang membentuk kedaulatan baru. Diharap terbentuk kedaulatan dalam bersikap baik dalam berkesenian, berbudaya dan dalam berpolitik kebudayaan nasional, serta berkedaulatan dalam berswadaya energi dan pangan supaya tidak didikte oleh pasar internasional. Meskipun hal ini diwujudkan dalam jagat perteateran Sumatera.
Selama ini Sumatera dalam jagat perteateran Indonesia tidak begitu mengemuka seperti kekayaan alamnya yang kaya. Kecenderungan Sumatera mengekspor pekerja seni ke berbagai wilayah Indonesia dan berkembang di tempat berpijaknya. Sepertinya pulau Sumatera kurang sehat untuk kehidupan teater. Sumatera seperti hamparan ladang dan bibit yang membutuhkan udara yang lebih segar supaya hidup lebih subur dan bergairah di tempat dilahirkannya. Kehidupan teater itu tergeser kian ke tepi masyarakat yang semakin konsumtif dan dalam gelimang reklame cetak juga elektronik. Teater semakin menepi pada orang-orang yang dibukakan pintu hatinya. Dalam arti kata pekerja teater adalah orang terpilih dari lingkungan konsumtif itu. Perubahan iklim global dan perubahan ke pasar global juga mempengaruhi perkembangan teater di Sumatera.
Pekan Apresiasi Teater Se-Sumatera di Padang ini dihadiri oleh 14 kelompok teater se-Sumatera dan dua kelompok tamu dari Intitut Seni Indonesia Yogyakarta dandari teater dari Bandung. Dua kelompok teater dari Palembang hadir menemoni undangan itu antara lain Teater GABI FKIP Universitas Sriwijaya dan Teater Topeng Lentur FKIP Universitas PGRI. Itulah kelompok Teater yang masih aktif dalam percaturan teater Sumatera Selatan dan mereka merupakan generasi terakhir dari teater Gaung Palembang. Tentunya kehidupan teater di Sumatera Selatan sangat berharap pada mereka yang tergabung dikedua kelompok teater di kampus itu. Meskipun sebetulnya masih ada riak kecil kehidupan teater di sekolah-sekolah menengah.
Menurut Evfhan Fajrullah sebagai peninjau dan pendamping dari kedua kelompok teater dari palembang, penonton sangat antusias mengapresiasi setiap pementasan dan dalam setiap diskusi, juga tampak spirit berteater dari setiap kelompok yang hadir. Evfhan menilai tidak ada yang baru dalam konsep, artistik, ide, garapan, dramaturgi, yang diharapkan dari setiap pementasan. Barangkali sistem Orde Baru masih sangat kuat mencengkram dunia pementasan di panggung teater se-Sumatera itu.
Teater GABI mementaskan naskah Wajah-Wajah karya M. Yunus, sutradara Supriyanto dengan personel 13 orang. Teater Topeng Lentur mementaskan Introgasi Rahim karya Ical Wrisaba (Ijal Bae), Sutradara Ijal Bae, jumlah pemain empat orang. Kedua pementasan itu menceritakan bagaimana nafsu, keserakahan, serta kekuasaan manusia selalu ingin menguasai manusia yang lainnya, sehingga terjadi kesewenang-wenangan. Dalam hal ini hak asasi manusia itu dikhianati dan diinjak-injak secara berkesinambungan oleh sebagian manusia lain yang memiliki predikat kuasa serta kekuasaan lebih juga kesempatan. Begitulah yang terjadi pada sepekan apresiasi teater se-Sumatera di Padang dan begitu pula pentas di panggung Indonesia hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Urunan Kata