Selasa, 01 September 2009

PENDIDIKAN SENI DI SEKOLAH


Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Bukit Serelo Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...

Pendidikan Seni di Sekolah
Jajang R Kawentar

Bagaimanapun,pendidikan seni di sekolah terutama sebagai upaya menumbuhkan rasapercaya diri pada anak didik dan sebagai upaya menciptakan kondisikondusif untuk berkarya seni.

Banyak orang kreatif, banyak anakkreatif, tetapi mereka tidak percaya diri sehingga kreativitasnyaterhambat. Guru harus yakin bahwa anak didik memiliki kekuatan yangdahsyat apabila rasa percaya dirinya muncul stabil dalam dirinya.

Sungguhdi luar dugaan, mereka yang mulanya "nakal", introvert, pemalu, dankurang pede, menjadi anak yang enak diajak bergaul, memilikisolidaritas yang tinggi terhadap sesama kawan, menjunjung tinggi rasatanggungjawab, dan disiplin. Guru dituntut ekstrasabar, hati-hati, danteliti menghadapi mereka, apalagi masa remaja merupakan masa-masa rawandalam menentukan sikap. Kita harus memantau perkembangan anak danlingkungan (zaman).

Salah-salah, anak terjerumus ke hal-halnegatif. Tentu, guru mengerti batasan negatif dan kreatif. Guruhendaknya tidak salah menilai anak didik. Anak yang kreatif hendaknyatidak dicap negatif. Anak yang dikira positif pun sesungguhnya bisajadi negatif. Anak yang sering bertingkah aneh (nyeleneh) hendaknyatidak buru-buru dibilang negatif karena memang belum tentu negatif.Anak pendiam dan penurut hendaknya tidak buru-buru dibilang positifkarena memang belum tentu positif.

Keinginan guru, semua anakdidiknya diam, penurut, tidak banyak cingcong, mengerti apa yangdijelaskan, bisa mengerjakan tugas-tugasnya, dan pintar. Kenyataannya,banyak anak kadang menjengkelkan. Sudah tidak mengerti, malas, nakallagi.

Proses belajar melalui berkarya seni-puisi, cerpen,teater, menggambar atau melukis, menari, dan bermain musik-merupakanmedia yang memungkinkan anak didik yang semula dianggap negatif bisamenjadi positif menjadi kreator karya seni yang dapat dinikmati olehmasyarakat umum. Ketika anak yang kita cap negatif menjadi tokoh dalampementasan teater dan berhasil memukau penonton, seketika persepsinegatifnya akan luntur. Ketika anak yang dicap pendiam dan pemalu itumenciptakan karya sastra yang baik dan dimuat di sebuah media, mampumenciptakan lukisan yang indah, dapat bermain musik yang baik, ataudapat membacakan puisi dalam sebuah acara dan mendapat piala,umpamanya. Apakah kita akan beranggapan bahwa anak itu tetap "negatif"?

Pendidikan seni mengajak anak didik berkreasi atau menciptakankarya. Secara tidak langsung pendidikan seni menciptakan suasana jiwaanak didik yang independen. Membentuk suatu gagasan-gagasan keindahandan merealisasikannya dengan caranya sendiri bisa jadi merupakanpenemuan baru dalam pengungkapan rasa dan pikirannya.

Bagaimanapun,dengan bercerita tentang pengalaman kehidupan orang-orang yangberhubungan dengan karya seni dan tentang fungsi-fungsi seni bagikehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berketuhanan, anak didik kitabawa pada hal-hal yang realistis. Sehingga, ia percaya bahwa dunia senisangat bermanfaat bagi dirinya dan bagi siapa pun. Tentu saja, kitaharapkan mereka belajar tidak berada dalam tekanan siapa pun, apalagidalam tekanan dirinya sendiri.

Mereka belajar seni dengankesadaran yang penuh. Apakah guru mampu mengarahkan atau membimbinganak didik menjadi anak yang tahu diri dan sadar diri dalam memahamidan menciptakan karya seni?

Di samping itu, guru juga harusmenciptakan outlet (pelepasan) bagi hasil karya yang telah diciptakananak didik. Entah itu buletin seni, antologi, buku, atau mengirimkannyake media massa yang dapat menampung karya sastra mereka. Untuk senilukis, seni tari, dan seni drama, kita mengadakan acara kecil-kecilan,seperti pameran dan pementasan seni. Bisa jadi, mencari outlet inisangat susah, apalagi untuk karya sastra, karena ada koran daerah yangtidak memiliki ruang untuk karya-karya mereka. Barangkali inilah salahsatu hambatan atau tantangan yang perlu kita lalui. Karena outlet inisebagai salah satu upaya penghargaan yang cukup besar bagi hasil jerihpayah anak didik dalam berkarya.

Akhirnya, muncul beberapapertanyaan. Kenapa pendidikan seni tidak masuk dalam daftar pelajaranyang di-Ujian Akhir Nasional (UAN)-kan? Tidak ada hak pada siswa untukmemilih pelajaran yang secara pribadi dianggapnya dibutuhkan. Kenapapendidikan itu seragam? Siswa itu memiliki pilihan, minat, dan memilikikemampuan yang dikehendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urunan Kata