Rabu, 02 September 2009

ESTETIKA REKLAME PILKADA

Selamat Datang di Komunitas Sastra Lembah Serelo Lahat Tempat yang nyaman untuk berdiskusi, berkarya dan pentas, apalagi sambil ngopi asli kopi Lahat. Mantap!!! Lanjut...


ESTETIKA REKLAME PILKADA
Jajang R Kawentar

Reklame diyakini akan mampu mempengaruhi sikap kritis masyarakat berubah menjadi sikap konsumtif dan instant. Saya kira strategi dalam pemilihan Kepala pemerintahan daerah ini begitu cetek, tetapi cukup akurat karena sangat sesuai dengan kondisi masyarakat kita sekarang yang cenderung konsumtif dan instant itu. Tentu masyarakat sangat senang dan mudah dihasut oleh gosif atau mudah tersentuh dengan isu-isu murahan ketimbang faktanya. Umpamanya masyarakat dilenakan oleh janji-janji atau kamuplase cinta kasih, kenyamanan, keamanan, agama, kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Pertanyaannya, apakah dengan reklame itu prilaku masyarakat dan pejabat yang korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) itu akan berubah setelah pemilihan Kepala pemerintahan daerah nanti?

Oleh karena itu reklame calon kepala pemerintahan daerah menjadi sangat tidak mendidik bagi kehidupan masyarakat kebanyakan. Bahkan cenderung memanfaatkan keadaan masyarakat yang demam iklan, dan mimpi menuju puncak. Kebodohan atau kecerdikan atau kepicikan yang melanda republik ini, untuk menduduki kursi Kepala pemerintahan daerah rela berkorban dengan cara berperang lewat reklame antar kandidat.

Sepertinya masyarakat diajak untuk berilusi bahwa antar kandidat yang satu dengan yang lainnya itu lebih bermoral, lebih sosialis, lebih bijaksana, lebih berwibawa, lebih, lebih dan lebih. Namun reklame bisa berfungsi untuk mengkomunikasikan, atau memperkenalkan antara calon pemimpin daerah dengan rakyatnya, meskipun hanya sisi luarnya saja atau sisi “komersilnya”.

Tidak semua orang percaya dengan tajamnya pisau reklame, pasti orang-orang tertentu yang kebal dengan tikaman pisau reklame itu. Barangkali orang-orang berpendidikan atau orang yang mengerti seluk-beluk permasalahan reklame dan yang direklamekannya. Bagi masyarakat awam, terutama yang berada di pelosok itu akan memandang sosok fisik, potret atau gambaran yang terdapat dalam reklame sebagai ukuran kualitas calon pemimpinnya. Bagaimana raut wajahnya, senyumnya, postur tubuhnya, dan bagaimana pakaiannya. Selanjutnya bagaimana berbicaranya, apa yang dibicarakannya atau bagaimana kalimat yang ditulis atau disuarakannya. Kecerdasan, kedudukan dan perilaku calon Kepala pemerintahan daerah itu bukanlah hal utama yang diperhatikan dalam reklame.

Justru di dalam reklame dituntut kecerdasan, keterampilan, kepekaan dan kepribadian sipencipta reklame. Inilah sebagian factor yang akan mempengaruhi terciptanya reklame yang berwawasan multi citarasa. Sehingga seni reklame akan menjadi tunggangan suksesnya perolehan suara, menuju puncak tahta kursi panas kepala daerah.

Target Operasinya Merebut Kursi
Hampir semua jenis reklame difungsikan untuk menjaring suara rakyat, dari reklame yang menggunakan media cetak (visual) dan media elektronik (visual, audio, audio visual). Semua reklame memiliki kelebihan dan kelemahan, atau memiliki segmentasinya masing-masing. Seperti banyak kita ketahui reklame jenis cetak dalam Pilkada ini berupa: kaos, stiker, pamplet, booklet, umbul-umbul, spanduk, bendera, billboard, baliho, balon udara, body kendaraan, topi, jaket, pin, iklan di koran, majalah, jam tangan dan marchandise lainnya. Teknik yang digunakan dalam pembuatan reklame ini, mulai dari teknik manual sampai yang tercanggih: lukis, sablon, airbrush, mesin fotocopy, mesin cetak kecil dan mesin besar percetakan.

Reklame yang menggunakan media elektronik, mulai dari radio (audio), internet, hand phone (visual), televisi (audio visual). Sebagian percetakan, advertising, penerbitan, station tv, radio, webbsite, rumah produksi, bisa meraup keuntungan dari kerja akbar ini. Ini berarti beberapa mesin dan pekerja seni ikut dilibatkan dalam merancang disain dan ikut dalam program tim sukses kepala pemerintah daerah. Supaya calon Kepala pemerintahan daerah ini dapat diterima serta menyentuh di hati masyarakat yang berakibat kepada kesukseskan Pilkada nantinya, dan lebih spesifik terpilihnya kepala daerah dalam reklamenya.

Seni reklame bukanlah segalanya, akan tetapi kecerdasan pekerja seni dalam mendisain kemasan dan memprogramkan hasil karyanya bisa jadi akan menjadi alat yang menentukan untuk menjaring massa , memilih calon yang diarahkannya dalam reklame. Tentunya mendisain reklame untuk kursi istana kepresidenan berbeda dengan disain reklame produk rokok atau kecap. Tidak asal ngebul dan tidak asal ngecap. Ada kaidah-kaidah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan sosok calon kepala pemerintah daerah, ketika duduk di griya agung jangan sampai menuai badai. Misalnya, munculnya aksi unjuk rasa massa , karena tidak adanya kesesuaian dengan yang diiklankan. Namun siapa yang ambil pusing tentang itu?, karena target operasinya adalah merebut kekuasaan, merebut kursi griya agung. Selanjutnya terserah anda, begitu kan ?

Visi misi disainer dan programmer reklame akan sangat berpengaruh juga dalam penyampaian visi misi calon kepala pemerintah daerah di dalam karyanya. Kita bias melihat dan menilai beberapa reklame terutama yang paling menonjol yakni iklan di televisi. Manakah iklan calon kepala pemerintah daerah yang lebih mirip iklan produk kecap, produk mie atau iklan produk rokok? Dan manakah iklan yang memiliki kewajaran dalam mengemas seseorang yang layak sebagai pemimpin negara?.

Etika dan Estetika

Reklame calon kepala pemerintah daerah itu cukup mengganggu pemandangan lingkungan. Dibanyak tempat ditempel, direntang, diudarakan, dikibarkan dan disebar luaskan. Sepertinya tidak ada lagi aturan yang menjamin tentang kebersihan lingkungan kota . Apakah ini menunjukan betapa beratnya beban memimpin daerah ke depan? Atau ini yang menggambarkan bahwa masyarakat kita adalah bagian dari korban ganasnya reklame? Mulai dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah keranjingan reklame? Sepertinya negri kita perang reklame. Bisa kita lihat di kota Palembang dan di daerah yang akan melakukan Pilkada, reklame tidak bisa dibendung lagi. Apalagi menyangkut masalah uang, peluang kerja dan peluang pajak.

Dalam prapilkada dan pasca itu dinding-dinding kota, bak sampah, tiang listrik, pagar-pagar, jembatan, jalan-jalan, berderet reklame partai serta reklame calon gubernur (Cagub), calon wali kota (Cawako)/ calon bupati (Cabup) bersaing dengan reklame produk mie dan rokok. Hal seperti ini tentunya tidak diharapkan oleh setiap kandidat pemimpin daerah. Sehingga keindahan kota menjadi terganggu. Terutama pemasangan pamplet, seperti tidak memakai etika dan estetika. Gambar Cagub dan Cawako/Cabup ditempel di bak sampah, di tiang listrik dan di beberapa tempat yang secara etika dan estetika tidak etis dan estetis. Apakah demikian masyarakat kita sekarang menempatkan pemimpin pemerintah daerahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urunan Kata