Bahasa Lahat Akar Khasanah Budaya
Oleh Jajang R Kawentar
Diskusi yang berawal dari kehawatiran Komunitas Sastra Lembah Serelo (KSLS) terhadap Bahasa Lahat yang penggunanya terutama anak-anak muda di kota Lahat banyak menggunakan bahasa Palembang. KSLS sendiri saat ini sedang menggiatkan program penulisan sastra berbahasa daerah Lahat, jelas berkorelasi dengan perkembangan sastra daerah yang berakar pada bahasa daerah terutama bahasa Lahat sebagai bahasa ibunya. Kegiatan diskusi ini dilaksanakan Minggu (17/10) di markas KSLS di Desa Pagarsari Lahat, dihadiri oleh para pecinta sastra dan pecinta bahasa Lahat.
Yudistio Ismanto salah satu penyair dari KSLS yang kini terus berkarya menggunakan bahasa Lahat sebagai media ekspresinya mengungkapkan, bahwa selain terus menggali makna yang tersurat dan arti yang tersirat dari setiap kata juga mencoba menciptakan gaya bahasa baru dalam larik-larik puisinya.
Menurutnya bahasa daerah Lahat ini lebih menarik ketika dijadikan sebagai media ekspresi seperti puisi, disamping itu juga masih sangat jarang orang memanfaatkan bahasa Lahat menjadi karya sastra yang juga bisa dinikmati oleh siapapun di negri ini. Dia juga berharap dengan terus berkarya menggunakan bahasa Lahat, bisa menunjukkan kekayaan budaya sendiri, bangga menggunakan bahasa sendiri dan bahasa itu juga tetap lestari, juga bisa dikenal oleh dunia.
Yudistio sendiri sebetulnya bukan asli keturunan dari puyang (nenek moyang) Lahat. Ibu Bapaknya orang Jawa yang merantau ke Lahat dan dia lahir di Kota Lahat. Hanya saja dia dibesarkan di kompleks orang Lahat dan bergaul dengan mereka. (Kota Lahat merupakan daerah urban yang didatangi oleh orang-orang dari berbagai desa di wilayah Kabupaten Lahat).
Bahasa daerah ini apabila digunakan untuk media ekspresi seperti puisi, cerita pendek, ataupun dongeng dan legenda maka bahasa ini akan lebih hidup, apalagi dipelajari di sekolah-sekolah. Baik mempelajari pengucapannya juga bagaimana teknik penulisannya. Semua ini sesungguhnya ilmu pengetahuan budaya mengenai tatabahasa daerah Lahat. Bisa jadi belum ada yang menelitinya.
Anak muda Lahat masa kini lebih banyak menggunakan bahasa di luar bahasa Ibunya seperti berbahasa Palembang dan sedikit bahasa ala Betawi atau bahasa gaul, mereka mengikuti pergaulan jamannya, sepertinya bila menggunakan bahasa daerahnya sendiri dianggap kurang gaul, ketinggalan jaman (suduk: udik). Pendapat ini berdasarkan pantauan beberapa peserta diskusi yang hadir. Barangkali fenomena ini tidak hanya di Lahat saja, tetapi mungkin dibeberapa baerah lainnya.
Tetapi apabila di dusun (desa) atau di daerah luar Kota Lahat yang masih di dalam Kabupaten Lahat, bahasa daerah masih terjaga. Karena apabila di dusun ada warga yang menggunakan bahasa di luar kebiasaannya, seperti menggunakan bahasa Palembang atau bahasa Indonesia, seringkali warga itu diolok-olok. “awak jeme dusun sinilah, cacak-macak”.
Menurut Masjayadi, S.Pd guru sejarah SMA N 1 Merapi Selatan, sebagai warga pengguna bahasa Lahat tidak perlu khawatir akan kehilangan penggunanya, karena di dusun-dusun itu masih teguh menggunakan bahasa ibunya. Tetapi teknik penulisan bahasa daerah sangat penting. Karena selama ini kita hanya menggunakan bahasa daerah secara lisan saja, jarang menggunakan bahasa daerah dalam bentuk tulisan. Mungkin dengan adanya pembelajaran bahasa daerah dalam bentuk lisan dan tulisan, bahasa Lahat akan terus terpelihara dengan baik. Di samping itu dikemudian hari akan memberikan nuansa seni sastra yang unik dan khas. Karena bahasa daerah ini merupakan kekayaan seni budaya, dan sejarahnya bisa terus kita telusuri.
Dalam memasukkan bahasa daerah ke dalam pembelajaran di sekolah harus ada keinginan dari dinas terkait dan direspons oleh para guru yang memiliki keinginan melestarikan dan menggali bahasa daerah tersebut serta memiliki kemampuan memahami kosa kata dalam berbahasa daerah. Dengan belajar bahasa daerah serta menuliskannya, pelajar atau kita akan memulai belajar dan mengingat kembali berbagai nama barang atau sebutan, istilah, pepatah, pantun, cerita, silsilah dan berbagai macam perkembangan dalam bahasa daerah tersebut. Tentunya hal ini sangat menarik dan akan bermanfaat untuk memperteguh jati diri sebuah daerah yang memiliki bahasa yang khas sebagai manifestasi kebudayaannya. Bahasa itu sendiri akan menunjukkan karakter daerahnya, selain sebagai identitas sebuah bangsa.
Karena alasan melestarikan seni budaya dan menjaga jati diri serta menjaga karakter daerah Lahat, hemat penulis, perlu kiranya dibuat kamus bahasa daerah Lahat sebagai acuan dalam penulisan bahasa yang baku atau minimal glosarium bahasa Lahat. Selain itu sebagai usaha pelestariannya perlu dilakukan muatan local di sekolah-sekolah, dengan mengarang atau menciptakan karya sastra berbahasa daerah. Dengan demikian kita memulai lagi belajar menulis pantun daerah, cerita rakyat berbahasa daerah, puisi atau bentuk syair-syair lainnya.
KSLS kini sudah memulai menyusun glosarium atau kumpulan kata-kata berbahasa Lahat. Selain itu KSLS membuka kerjasama dengan berbagai lembaga atau bagi siapa saja yang hendak belajar sastra atau membuka dikusi guna menumbuh kembangkan kecintaan terhadap sastra daerah. Hal ini akan berlanjut dengan membuat beberapa event sastra daerah, dan akan mendokumentasikan beberapa karya sastra berbahasa daerah. Tentunya bagi siapapun yang tertarik, hendak bergabung, dan memiliki karya berbahasa daerah, mencoba memfasilitasinya.
Kesimpulan diskusi: selama ini kita lebih sering mengagung-agungkan daerah lain mengenai perkembangan seni budayanya atau sastranya. Kini waktunya kita membangun keagungan karya seni budaya yang kita miliki. KSLS mengajak segala lapisan masyarakat, gunakanlah bahasa daerah menjadi kebanggaan kita dan mulailah menulis dengan bahasa daerah sendiri.
Penulis:guru SMA N 1 Merapi Selatan Lahat